Translate

Selasa, 01 Desember 2020

Mengenal Islam Melalui Jamaah Muslim Ahmadiyah


ISLAM, nama yang diberikan oleh Allah untuk agama ini (QS. 5:4), adalah sebuah kata dalam bahasa Arab yang secara harfiah artinya adalah penyerahan diri dan perdamaian. ISLAM berasal dari kata bahasa Arab “Salima”: Damai, kesucian, ketundukan, penyerahan diri dan ketundukan. Jadi ‘Islam’ berarti jalan mereka yang tunduk kepada Allah dan yang membangun perdamaian dengan-Nya dan makhluk-Nya. Pengikut Islam disebut Muslim.

Islam bukanlah agama baru. Islam, pada dasarnya adalah pesan dan petunjuk yang sama yang diturunkan Allah kepada semua nabi sebelum Nabi Muhammad saw.

Allah taala berfirman:
Katakanlah, ”Kami beriman kepada Allah swt. dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan kepada apa yang diturunkan kepada Ibrahim dan Ismail dan Ishak dan Yakub dan keturunannya dan kepada apa yang diberikan kepada Musa dan Isa dan sekalian nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membedakan salah seorang di antara mereka, dan kepada-Nya kami menyerahkan diri.” (QS. 3:85)

RUKUN IMAN:
1. Iman kepada Allah
2. Iman kepada Malaikat
3. Iman kepada Kitab
4. Iman kepada Rasul
5. Iman kepada Hari Kebangkitan
6. Iman kepada Qadha dan Qadar

RUKUN ISLAM:
1. Persaksian bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah
2. Mendirikan Shalat
3. Membayar Zakat
4. Puasa di Bulan Ramadhan
5. Naik Haji ke Baitullah

PERTANYAAN SEPUTAR ISLAM:
1. Mengapa Saya Percaya Kepada Islam?
2. Pertanyaan-pertanyaan seputar Islam
3. Menjawab Tuduhan

ARTIKEL ISLAM:
Tujuan Agama
Mengenali Agama yang Benar
Islam – Agama yang Benar
Kemajuan Progresif karena Menganut Islam
Perlunya Agama Islam
Realitas Sempurna Agama Islam
Berkah Agama Islam
Berkah Berkelanjutan dari Islam: Tuhan Yang Hidup
Tanda-Tanda Abadi Kebenaran Islam
Islam dan Terorisme
Perspektif Islam Tentang Krisis Global

PUSTAKA TENTANG ISLAM:
Buku
Brosur
Artikel
Khotbah
Multimedia
Archive – JAI Library

SITUS WEB ISLAMI AHMADIYAH:
Al-Islam Malaysia

Warta Ahmadiyah

Majelis Khuddamul Ahmadiyah Indonesia

Lajnah Imaillah Indonesia
Islamku Keren!
Islam Rahmah
Islam Damai

Love for All ID
Ahmadi Talk
Masroor Library – Islam, Ahmadiyah, Kristologi

◽Surat ke Hudhur (Khalifatul Masih)

Candah

Rishtanata


INTERNASIONAL:
ALISLAM.ORG

Ahmadiyya Islam

Khalifatul Masih

Press Ahmadiyya

Makhzan-e-Tasaweer

Jalsa Salana

Waqf-e-Nau International
Muslim Television Ahmadiyya

The Weekly Al-Hakam

Twice Weekly Al-Fazl

Review of Religions

Why Ahmadi?

Ahmadi Answers

True Islam

Muslims for Peace

Muslim Sunrise

The Persecution of Ahmadiyya Muslim Community


Daftar lengkap: https://lnk.bio/uL8H

   


“LOVE FOR ALL, HATRED FOR NONE”
Jamaah Muslim Ahmadiyah



Sumber artikel: https://ahmadiyah.id/islam (dengan pengubahan dan penambahan)

Jumat, 02 Oktober 2020

Beberapa Ragam Tafsir dari Qur'an Suci surah Āli-‘Imran/Keluarga Imran (3) ayat 64

Al-Qur'an, Surah Āli-‘Imran/Keluarga Imran/3:64


قُلۡ يَٰٓأَهۡلَ ٱلۡكِتَٰبِ تَعَالَوۡا۟ إِلَىٰ كَلِمَةٍ سَوَآءٍۭ بَيۡنَنَا وَبَيۡنَكُمۡ أَلَّا نَعۡبُدَ إِلَّا ٱللَّهَ وَلَا نُشۡرِكَ بِهِۦ شَيۡئًا وَلَا يَتَّخِذَ بَعۡضُنَا بَعۡضًا أَرۡبَابًا مِّن دُونِ ٱللَّهِۚ فَإِن تَوَلَّوۡا۟ فَقُولُوا۟ ٱشۡهَدُوا۟ بِأَنَّا مُسۡلِمُونَ 



BAHASA INDONESIA


Katakanlah (Muhammad), “Wahai Ahli Kitab! Marilah (kita) menuju kepada satu kalimat (pegangan) yang sama antara kami dan kamu, bahwa kita tidak menyembah selain Allah dan kita tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun, dan bahwa kita tidak menjadikan satu sama lain tuhan-tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah (kepada mereka), “Saksikanlah, bahwa kami adalah orang Muslim.”



TAFSIR JALALAYN


(Katakanlah, "Hai Ahli Kitab!) yakni Yahudi dan Nasrani (Marilah kita menuju suatu kalimat yang sama) mashdar dengan makna sifat; artinya yang serupa (di antara kami dan kamu) yakni (bahwa kita tidak menyembah kecuali Allah dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun juga dan bahwa sebagian kita tidak mengambil lainnya sebagai Tuhan selain daripada Allah) sebagaimana halnya kamu mengambil para rahib dan pendeta. (Jika mereka berpaling) jika menyeleweng dari ketauhidan (maka katakanlah olehmu) kepada mereka ('Saksikanlah bahwa kami ini beragama Islam.'") yang bertauhid.


Ayat berikut diturunkan ketika orang-orang Yahudi mengatakan bahwa Ibrahim itu seorang Yahudi dan kita adalah penganut agamanya demikian pula orang-orang Nasrani mengklaim seperti itu.



TAFSIR KEMENAG RI


(64) Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad, agar mengajak Ahli Kitab yaitu Yahudi dan Nasrani untuk berdialog secara adil dalam mencari asas-asas persamaan dari ajaran yang dibawa oleh rasul-rasul dan kitab-kitab yang diturunkan kepada mereka, yaitu Taurat, Injil dan Al-Qur'an. Kemudian Allah menjelaskan maksud ajakan itu yaitu agar mereka tidak menyembah selain Allah yang mempunyai kekuasaan yang mutlak, yang berhak menciptakan syariat dan berhak menghalalkan dan mengharamkan, serta tidak mempersekutukan-Nya.


Ayat ini mengandung: Tauhid Uluhiyah bagi Allah, yaitu keesaan Allah seperti tersebut dalam firman-Nya: ¦ bahwa kita tidak menyembah selain Allah ¦ (Ali 'Imran/3: 64). Sifat Tauhid Rububiyah dalam firman-Nya yaitu keesaan dalam mengatur makhluk-Nya: ¦dan bahwa kita tidak menjadikan satu sama lain tuhan-tuhan selain Allah. ¦. (Ali 'Imran/3: 64)


Ketentuan ini disepakati oleh semua orang, dan dapat dibuktikan, Ibrahim a.s. diutus Allah untuk membawa agama tauhid, begitu juga Nabi Musa seperti terdapat dalam kitab Taurat; Allah berfirman kepada Nabi Musa, "Sesungguhnya Tuhan adalah sembahanmu, kamu tidak mempunyai sesembahan lain di sisi Ku, jangan kamu membuat pahatan patung, dan jangan membuat gambaran apa pun juga dari apa saja yang terdapat di langit dan di bumi, maupun yang terdapat di dalam air. Jangan kamu bersujud kepada patung-patung dan gambar-gambar serta jangan menghambakan diri kepadanya. Demikian juga Nabi Isa diutus Allah dengan membawa ajaran seperti itu. Kemudian Nabi Muhammad saw sebagai Nabi penutup, beliau diutus dengan membawa ajaran yang sama.


Di dalam Al-Qur'an terdapat firman Allah: Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Yang Mahahidup, yang terus menerus mengurus (makhluk-Nya), tidak mengantuk dan tidak tidur¦(al-Baqarah/2: 255). Kesimpulan dari ajakan tersebut ialah: Muslimin dan Ahli Kitab sama-sama meyakini bahwa alam itu termasuk ciptaan Allah Yang Maha Esa. Dialah yang menciptakan dan mengurusnya dan Dialah yang mengutus para nabi kepada mereka, untuk menyampaikan keterangan-keterangan tentang perbuatan yang diridai dan yang tidak diridai-Nya. Kemudian Nabi Muhammad mengajak Ahli Kitab agar bersepakat untuk menegakkan prinsip-prinsip agama, menolak hal yang meragukan, yang bertentangan dengan prinsip agama. Maka apabila orang Nasrani mendapatkan keterangan dari ajaran yang dibawa oleh Nabi Isa seperti kata-kata "Putra Tuhan" hendaklah ditakwilkan dengan takwilan yang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip yang disepakati oleh para nabi, karena kita semua tidak akan mendapatkan di antara perkataan para nabi yang bisa diartikan bahwa sesungguhnya Nabi Isa itu tuhan yang disembah. Kita juga tidak akan mendapatkan keterangan yang mengatakan bahwa Isa a.s. mengajak manusia untuk menyembah dirinya dan ibunya, melainkan Nabi Isa mengajak manusia untuk menyembah Allah Yang Esa dan dengan ikhlas beribadah kepada-Nya.


Pada mulanya, orang Yahudi beragama tauhid, kemudian terjadilah malapetaka bagi mereka, yaitu waktu mereka mengakui hukum apa saja yang ditetapkan pemimpin agama adalah sama kedudukannya dengan hukum yang datang dari Allah. Demikian juga orang-orang Nasrani menempuh jalan seperti orang-orang Yahudi. Mereka menambahkan peleburan dosa dalam agamanya. Inilah yang menjadi problematik yang sangat membahayakan dalam masyarakat orang-orang Nasrani sehingga timbul penjualan surat aflat (surat penebusan dosa) dari gereja. Dengan jalan itu mereka dapat mengumpulkan uang yang banyak. Oleh sebab itu timbullah gerakan yang menuntut perbaikan. Kelompok ini terkenal dengan istilah Protestan.


Diriwayatkan dari 'Adi bin Hatim bahwa ia berkata, "Saya datang kepada Rasulullah saw, sedangkan di leherku terdapat kalung salib yang terbuat dari emas. Kemudian Rasulullah bersabda, "Hai 'Adi, buanglah berhala itu dari lehermu". Saya pun mendengar Nabi Muhammad membaca surah at-Taubah: Mereka menjadikan orang-orang alim (Yahudi), dan rahib-rahibnya (Nasrani) sebagai tuhan selain Allah, ¦. (at-Taubah/9: 31). Kemudian 'Adi berkata kepada beliau, "Wahai Rasulullah, mereka itu tidak menyembah pendeta-pendeta". Kemudian Rasulullah bersabda, "Bukankah mereka menghalalkan dan mengharamkan bagi kamu lalu kamu berpegang saja pada perkataan mereka?" Kemudian 'Adi menjawab, "Betul". Lalu Nabi Muhammad bersabda, "Itu penyembahan terhadap pendeta-pendeta itu." Orang Yahudi dan orang Nasrani menolak dan membangkang; dan mereka tetap pada pendiriannya, yaitu menyembah selain Allah dan mempercayai adanya tuhan-tuhan di samping Allah, yang dijadikan perantara kepada Allah. Mereka taat pada ketentuan-ketentuan mereka, baik mengenai yang dihalalkan maupun yang diharamkan oleh pendeta-pendeta itu. Allah swt memerintahkan agar orang-orang Muslim mengatakan kepada mereka bahwa, kaum Muslimin hanya menyembah Allah dan hanya taat kepada-Nya semata-mata.


Dalam ayat ini terdapat sebuah ketentuan bahwa semua masalah yang berhubungan dengan ibadah atau dengan halal dan haram, hanya ada di dalam Al-Qur'an dan Hadis, yang dijadikan pokok pegangan dalam menetapkannya, bukan pendeta pemimpin dan bukan pula pendapat ahli hukum yang kenamaan sekalipun. Sebab kalau demikian, tentulah hal itu akan menyebabkan adanya persekutuan dalam keesaan rububiyah dan penyimpangan dari petunjuk Al-Qur'an seperti tersebut dalam firman Allah: Apakah mereka mempunyai sesembahan selain Allah yang menetapkan aturan agama bagi mereka yang tidak diizinkan (diridai) Allah? Dan sekiranya tidak ada ketetapan yang menunda (hukuman dari Allah) tentulah hukuman di antara mereka telah dilaksanakan. Dan sungguh, orang-orang zalim itu akan mendapat azab yang sangat pedih. (asy-Syura/42: 21) Tersebut pula dalam firman Allah: Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta "Ini halal dan ini haram," ¦ (an-Nahl/16: 116). Adapun masalah yang tidak berkaitan langsung dengan akhirat dan ibadah, seperti urusan peradilan, dan urusan politik, Allah telah melimpahkan kekuasaan-Nya kepada manusia yang berilmu, seperti Ahlul Halli wal 'Aqdi, yaitu para ahli berbagai bidang dalam masyarakat. Maka apa yang ditetapkan mereka hendaklah ditaati selama tidak bertentangan dengan pokok-pokok agama.


Ayat ini menjadi dasar dan pokok pegangan bagi dakwah Nabi saw. untuk mengajak Ahli Kitab mempraktekkannya. Pada waktu Nabi mengajak mereka untuk masuk Islam, seperti terdapat dalam surat beliau yang ditujukan kepada Heraklius dan Muqauqis dan Kisra Persia.



TAFSIR IBN KATSIR


Khitab (perintah) ini bersifat umum mencakup semua Ahli Kitab dari kalangan Yahudi dan Nasrani serta orang-orang yang sealiran dengan mereka.


Katakanlah, "Hai Ahli Kitab, marilah kepada suatu kalimat."


Definisi kalimat ialah sebuah jumlah (kalimat) yang memberikan suatu faedah (pengertian). Demikian pula yang dimaksud dengan kalimat dalam ayat ini. Kemudian kalimat tersebut diperjelas pengertiannya oleh firman selanjutnya, yaitu: 


...yang tidak ada perselisihan di antara kami dan kalian.


Yakni kalimat yang adil, pertengahan, dan tidak ada perselisihan di antara kami dan kalian mengenainya. Kemudian diperjelas lagi oleh firman selanjutnya: 


...bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu pun.


Yaitu baik dengan berhala, salib, wasan, tagut, api atau sesuatu yang selain-Nya, melainkan kita Esakan Allah dengan menyembah-Nya semata, tanpa sekutu bagi-Nya. Hal ini merupakan seruan yang dilakukan oleh semua rasul. Seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya:


Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami mewahyukan kepadanya, "Bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Aku, maka sembahlah oleh kalian akan Aku." (Al Anbiyaa:25)


Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah tagut itu.” (An Nahl:36)


Adapun firman Allah Swt.:


...dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain dari Allah.


Ibnu Juraij mengatakan, makna yang dimaksud ialah sebagian kita menaati sebagian yang lain dalam bermaksiat kepada Allah Swt. Sedangkan menurut Ikrimah, makna yang dimaksud ialah sebagian kita bersujud kepada sebagian yang lain.


Jika mereka berpaling, maka katakanlah (kepada mereka), "Saksikanlah bahwa kami adalah orang-orang yang menyerahkan diri (kepada Allah)."


Yakni jika mereka berpaling dari keadilan ini dan seruan ini, hendaklah mereka mempersaksikan kalian bahwa kalian tetap berada dalam agama Islam yang telah disyariatkan oleh Allah untuk kalian.


Kami menyebutkan di dalam syarah Bukhari pada riwayatnya yang ia ketengahkan melalui jalur Az-Zuhri, dari Ubaidillah ibnu Abdullah ibnu Atabah ibnu Mas'ud, dari Ibnu Abbas, dari Abu Sufyan tentang kisahnya ketika masuk menemui kaisar, lalu kaisar menanyakan kepadanya tentang nasab Rasulullah Saw., sifat-sifatnya, dan sepak terjangnya, serta apa yang diserukan olehnya. Lalu Abu Sufyan menceritakan hal tersebut secara keseluruhan dengan jelas dan apa adanya. Padahal ketika itu Abu Sufyan masih musyrik dan belum masuk Islam, hal ini terjadi sesudah adanya Perjanjian Hudaibiyyah dan sebelum penaklukan kota Mekah, seperti yang dijelaskan oleh hadis yang dimaksud. Juga ketika ditanyakan kepadanya, apakah Nabi Saw. pernah berbuat khianat? Maka Abu Sufyan menjawab, "Tidak. Dan kami berpisah dengannya selama suatu masa, dalam masa itu kami tidak mengetahui apa yang dilakukannya." Kemudian Abu Sufyan mengatakan, "Aku tidak dapat menambahkan suatu berita pun selain dari itu."


Tujuan utama dari pengetengahan kisah ini ialah bahwa surat Rasulullah Saw. disampaikan kepada kaisar yang isinya adalah seperti berikut:


Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, dari Muhammad Rasulullah, ditujukan kepada Heraklius, pembesar kerajaan Romawi, semoga keselamatan terlimpah kepada orang yang mengikuti petunjuk. Amma Ba'du: Maka masuk Islamlah, niscaya engkau akan selamat, dan masuk Islamlah, niscaya Allah akan memberimu pahala dua kali. Tetapi jika engkau berpaling, maka sesungguhnya engkau menanggung dosa kaum arisin (para petani). Dan di dalamnya disebutkan pula firman-Nya:


Hai Ahli Kitab, marilah kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kalian, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain dari Allah. Jika mereka berpaling, maka katakanlah kepada mereka, "Saksikanlah bahwa kami adalah orang-orang yang menyerahkan diri (kepada Allah)."


Muhammad ibnu Ishaq dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang saja telah menyebutkan bahwa permulaan surat Ali Imran sampai dengan ayat delapan puluh lebih sedikit diturunkan berkenaan dengan delegasi Najran.


Az-Zuhri mengatakan bahwa mereka adalah orang yang mula-mula membayar jizyah.


Tidak ada perbedaan pendapat di kalangan ulama tentang ayat jizyah ini, bahwa ia diturunkan sesudah penaklukan kota Mekah. Maka timbul pertanyaan, bagaimanakah dapat digabungkan antara peristiwa penulisan ayat ini —yang terjadi sebelum peristiwa kemenangan atas kota Mekah dalam surat yang ditujukan kepada Heraklius, sebagai bagian dari surat tersebut— dengan apa yang telah diriwayatkan oleh Muhammad ibnu Ishaq dan Az-Zuhri?


Sebagai jawabannya dapat dikemukakan alasan-alasan berikut, yaitu:


Pertama. Dapat dihipotesiskan bahwa adakalanya ayat ini diturunkan dua kali, sekali sebelum Perjanjian Hudaibiyyah, dan yang lainnya sesudah peristiwa kemenangan atas kota Mekah.


Kedua. Adakalanya permulaan surat Ali Imran diturunkan berkenaan dengan delegasi Najran sampai dengan ayat ini, yang berarti ayat ini diturunkan sebelum peristiwa itu. Dengan demikian, berarti pendapat Ibnu Ishaq yang mengatakan sampai ayat delapan puluh lebih beberapa ayat kurang dihafal, mengingat pengertian yang ditunjukkan oleh hadis Abu Sufyan di atas tadi.


Ketiga. Adakalanya kedatangan delegasi Najran terjadi sebelum Perjanjian Hudaibiyyah, dan orang-orang yang memberikan bayaran kepada Nabi Saw. sebagai ganti dari mubahalah bukan dianggap sebagai jizyah, melainkan sebagari gencatan senjata dan perdamaian. Sesudah itu turunlah ayat mengenai jizyah yang sesuai dengan peristiwa tersebut. Perihalnya sama dengan peristiwa difardukannya seper-lima dan empat perlima yang bersesuaian dengan apa yang dilakukan oleh Abdullah ibnu Jahsy terhadap sariyyah (pasukan) yang bersangkutan sebelum Perang Badar. Kemudian diturunkanlah hukum fardu pembagian ganimah yang sesuai dengan kebijakan tersebut.


Keempat. Adakalanya ketika Rasulullah Saw. Memerintahkan untuk menulis surat tersebut kepada Herakklius, ayat Itu masih belum diturunkan. Sesudah itu baru Al-Qur'an mengenai masalah ini diturunkan bersesuaian dengan apa yang dilakukan oleh Nabi Saw. Sebagaimana diturunkan ayat mengenai hijab dan tawanan perang yang isinya bersesuaian dengan kebijakan yang diputuskan oleh Umar ibnul Khattab, begitu pula ayat yang melarang menyalatkan jenazah orang-orang munafik. Juga dalam firman-Nya:


Dan jadikanlah sebagian maqam Ibrahim tempat salat. (Al Baqarah:125)


Peristiwa yang menyangkut firman-Nya:


Jika Nabi menceraikan kalian, boleh jadi Tuhannya akan memberi ganti kepadanya dengan istri-istri yang lebih baik daripada kalian. (At Tahriim:5), hingga akhir ayat.


Dapatkan Aplikasi Quran:bit.ly/AlQuranApp #GreentechApps



TAFSIR AL-MISHBAH, M. QURAISH SHIHAB


Katakan, wahai Nabi, "Hai Ahl al-Kitâb, mari kita berpegang kepada kalimah sawâ' (titik temu) yang selalu kita ingat bersama-sama. Yaitu, bahwa masing-masing kita hanya menyembah kepada Allah, tidak mengakui adanya sekutu bagi-Nya, dan tidak tunduk dan taat kepada pihak lain demi menghalalkan atau mengharamkan sesuatu dengan meninggalkan hukum Allah yang telah ditetapkan." Kalau mereka menolak ajakanmu yang benar itu, katakan kepada mereka, "Persaksikanlah bahwa kami patuh dan tunduk kepada hukum dan ketentuan Allah. Kami tidak berdoa selain kepada-Nya."


http://www.muslimpro.com/quran/3/64



TAFSIR, MAULANA MUHAMMAD 'ALI, AHMADIYYA ANJUMAN ISHA'AT-E-ISLAM


[446] Inilah kata-kata yang dicantumkan dalam surat Nabi Suci kepada Raja Heraklius pada tahun 6 Hijriah (B. 1:1). Surat serupa itu dikirimkan pula kepada para raja, antara lain kepada Raja Muqauqis di Mesir; dan ditemukannya surat Nabi Suci yang dikirimkan kepada Raja Mesir, membuktikan sahihnya hadits Nabi Suci seumumnya, karena naskah surat itu berisi kata-kata yang sama seperti yang disebutkan dalam hadits.


Ayat ini berisi seruan kepada kaum Yahudi dan kaum Nasrani agar mereka menerima ajaran agama Ibrahim yang luas, yang dijadikan pula sebagai dasarnya agama Islam. Kalimat sebagian kita tak akan mengambil sebagian yang lain sebagai tuhan, dalam praktek, hal ini merajalela di kalangan kaum Yahudi dan kaum Nasrani, demikian pula di kalangan kaum Muslimin zaman sekarang, yaitu menjadikan ulama mereka sebagai orang yang mempunyai kekuasaan Tuhan, sebagaimana dinyatakan seterang-terangnya dalam 9:31: “Mereka mengambil ulama mereka dan pendeta mereka sebagai tuhan selain Allah.” Ayat yang sedang dibahas ini meletakkan landasan studi tentang perbandingan agama. Siapa saja yang mempelajari kitab agama-agama dalam skala luas, pasti akan menemukan, bahwa ajaran pokok agama Islam adalah ukuran kebenaran yang paling tinggi yang terkandung di dalam berbagai agama dunia. Misalnya ajaran Ketuhanan Yang Maha Esa seperti diajarkan oleh Islam dapat digambarkan, bahwa semua agama yang besar-besar, pasti berpangkal pada ajaran Ketuhanan Yang Maha Esa, yang ini merupakan landasan umum bagi semua agama, tetapi kemudian masing-masing agama mempunyai hal yang aneh-aneh, ini tak dikenal oleh sekalian agama lain.


Islam sendiri bersih dari tambahan-tambahan tersebut pada ajaran pokoknya, bahkan Islam mengajarkan Keesaan Ilahi dengan bentuk yang paling sederhana, dan menolak segala macam tambahan, yang di sini dibagi menjadi tiga klasifikasi:

(1) Menyembah dan bermohon kepada tuhan selain Allah,

(2) Menyekutukan sesuatu dengan Allah, artinya menganggap makhluk-makhluk lain mempunyai sifat-sifat Allah,

(3) Menjadikan makhluk lain sebagai lain sebagai tuhan selain Allah, yaitu tunduk kepada makhluk lain dengan penuh ketaatan, yang ketaatan ini seharusnya kepada Allah semata. Berhala, dewa, penjelmaan Tuhan, anak Tuhan, kyai ataupun pendeta, semuanya tak boleh disembah dan tak boleh diikuti dengan membabi-buta.


https://aaiil.org/indonesia/holyquran/indonesianholyquransuci.shtml



TAFSIR, KHALIFATUL MASIH II (HADHRAT MIRZA BASYIRUDDIN MAHMUD AHMAD), JAMAAH MUSLIM AHMADIYAH


[426A] Ayat ini dengan keliru dianggap oleh sementara orang seakan-akan memberikan dasar untuk mencapai suatu kompromi antara Islam di satu pihak dan Kristen serta agama Yahudi di lain pihak. Dikemukakan sebagai alasan bahwa bila agama-agama tersebut pun mengajarkan dan menanamkan Keesaan Tuhan, maka ajaran Islam lainnya yang dianggap menduduki tempat kedua dalam kepentingannya, sebaiknya ditinggalkan saja. Sukarlah dimengerti jika muncul pemahaman bahwa (di dalam Al-Qur’an) ada anjuran untuk berkompromi dalam urusan agama dengan kaum yang sebelum ini dikutuk dengan sangat keras atas kepalsuan kepercayaan mereka dan ditantang dengan sungguh-sungguh untuk bermubahalah.


Rasulullah saw. dalam menulis surat dakwah kepada Heraklius memakai ayat ini pula, malahan mendesak Heraklius supaya menerima Islam dan mengancamnya dengan ancaman azab Ilahi, bila ia menolak berbuat demikian (Bukhārī). Hal itu tak ayal lagi menunjukkan bahwa menurut Rasulullah Saw kepercayaannya terhadap Keesaan Tuhan semata, tidak dapat menyelamatkan Heraklius dari azab Ilahi.


Memang, ayat ini dimaksudkan untuk menyarankan satu cara yang mudah dan sederhana yang dengan itu orang-orang Yahudi dan Kristen dapat sampai kepada keputusan yang tepat mengenai kebenaran Islam. Kaum Kristen, kendatipun mengaku beriman kepada Tauhid Ilahi, percaya pula kepada ketuhanan Isa; dan orang-orang Yahudi, sungguhpun mengaku berpegang kuat kepada Tauhid, mereka mengikuti dengan membuta rahib-rahib dan ulama-ulama mereka, dan dengan demikian seolah-olah menempatkan mereka dalam kedudukan yang sama dengan Tuhan sendiri. Ayat ini menyuruh kedua golongan itu kembali kepada kepercayaan asal mereka, yakni Tauhid Ilahi, dan meninggalkan penyembahan tuhan-tuhan palsu yang menjadi perintang bagi mereka untuk masuk Islam. Jadi, daripada mencari kompromi dengan agama-agama itu, ayat ini sesungguhnya mengajak para pengikut agama itu untuk menerima Islam dengan menarik perhatian mereka kepada Tauhid yang sedikitnya dalam bentuk lahir, merupakan itikad pokok yang sama pada agama-agama tersebut, dapat berlaku sebagai satu dasar titik-temu untuk penyelidikan lebih lanjut. 


Secara sambil lalu, perlu diperhatikan disini bahwa surat yang disebut oleh Bukhārī dan ahli-ahli hadis lainnya, dialamatkan oleh Rasulullah Saw kepada Heraclius dan beberapa kepala pemerintahan lain – Muqauqis, raja muda Mesir itu satu dari antara mereka – disusun dengan kata-kata dari ayat ini dan mengajak mereka untuk menerima Islam, akhir-akhir ini telah ditemukan dan ternyata mengandung kata-kata yang persis dikutip oleh Bukhārī (R. Rel. jilid V, no. 8). Hal itu mengandung bukti kuat tentang keotentikan Bukhārī dan pula kitab-kitab hadis lainnya yang telah diakui.


https://play.google.com/store/apps/details?id=id.ahmadiyah.quran

Selasa, 29 September 2020

Pertanyaan dari Sudut Pandang Muslim, untuk kaum Kristen Non-Tritunggal, Terutama Saksi-saksi Yehuwa

PERTANYAAN DARI SUDUT PANDANG MUSLIM, UNTUK KAUM KRISTEN NON-TRITUNGGAL, TERUTAMA SAKSI-SAKSI YEHUWA 



Assalamu 'alaikum.

Syalom aleikhem.

Salam sejahtera.



Saya sangat salut, respek, dan menyukai golongan Kristen unitarian yang tidak menuhankan Yesus, karena mereka tidak menyekutukan Allah Yang Maha Esa dengan ciptaan-Nya sekalipun, teguh dengan prinsip moral Alkitab, serta tidak melaksanakan tradisi maupun perayaan palsu (Kejadian 40:20, Yeremia 10:2-4, Matius 14:6, Kisah 24:16) (Quran 3:66, 112:1-4). Begitu juga dengan situs web JW.ORG dengan berbagai artikelnya yang sangat bermanfaat untuk membantu kehidupan pribadi dan sosial sehari-hari berdasarkan Alkitab. Namun setelah menyimak dan mempelajarinya, menurut pendapat pendapat kritis saya, prinsip mereka yang benar dan dalil mereka yang berdasarkan Alkitab tersebut sekalipun juga masih nampak kelemahannya, sehingga saya tetap memiliki pertanyaan sehubungan dengan isi dari ayat-ayat Alkitab.


Berdasarkan pengamatan saya, selain beberapa ayatnya yang aneh, sebagian ayat-ayat Alkitab mendukung ketuhanan Yesus sekaligus menolaknya di sebagian yang lain, sehingga menimbulkan sebuah kontradiksi. Saya mengungkapkan pertanyaan berdasarkan penyelidikan yang seksama pada Alkitab Terjemahan Dunia Baru, dengan mencermati beberapa ayat dalam bahasa aslinya (Ibrani-Yunani). Berikut pertanyaan-pertanyaan saya:



✦ Mengapa Allah Yehuwa sering disebut Bapak di dalam banyak ayat Alkitab? Mungkinkah ini efek dari sistem bahasa atau patriarki? Menurut saya, Tuhan itu tidak berat sebelah dan tidak bergender meskipun bersifat maskulin sekaligus feminin sesuai apapun kehendak-Nya.


✦ Bagaimana pandangan anda tentang kain kafan Turin dan makam Yesus di Kashmir? Beberapa jejak sejarah di Afghanistan dan Kashmir menunjukkan bahwa Yesus hanya pingsan di kayu salib, berhasil meloloskan diri keluar dari kuburan gua, kemudian mengembara bersama ibunya ke arah timur, menetap di suatu tempat yang jauh. ¹


✦ Melalui keturunan Abraham/Ibrahim/Brahma yang mendapat gelar Bapak Orang-orang Beriman, semua bangsa akan mendapat berkah. Saat ini hal itu telah menjadi kenyataan. (Kejadian 17:5-6, 17:15-16, 18:18, Roma 4:13, 4:16) ²


Karena sejak dahulu kala manusia yang ada di bumi tidak hanya di Timur Tengah dan bukan hanya bangsa Israel saja, dan pasti semuanya membutuhkan bimbingan Tuhan. Bagaimana menurut pandangan anda mengenai para tokoh populer yang dikenal pada agama-agama tua dari berbagai bangsa seperti Krishna, Buddha, Kong Fu-tze, Zarathustra, Muhammad dsb. yang diyakini oleh masing-masing agama terkait sebagai pendirinya? Mungkinkah mereka juga sebenarnya termasuk Nabi-nabi yang mengajarkan tentang Allah yang benar, Yang Maha Esa dan tanpa sekutu, meskipun sebagian dari agama-agama yang berhubungan dengan mereka sekarang ini telah diubah, menyeleweng, atau tercemar oleh mitos-mitos dan tradisi penyembahan berhala? (1 Tawarikh 16:31, Mazmur 7:7-8, 9:8, 9:17, 47:8, 66:8, 67:5, 77:14, 94:10, 98:2, Roma 10:12) ³


✦ Kenapa manusia sudah berdosa bahkan sejak dalam kandungan, padahal dia masih tidak bisa apa-apa dan belum pernah berbuat dosa? (Mazmur 51:1-5, Ayub 14:4, Roma 3:23, Roma 5:14).


Menurut keyakinan saya, manusia yang baru lahir itu masih bersih tanpa dosa, karena ia masih memiliki fitrah yang suci dan belum bisa apa-apa, belum mendapatkan pengetahuan dan didikan (Yehezkiel 18:20). ⁴


✦ Benarkah neraka itu tidak ada? Beberapa ayat berikut menunjukkan tentang suatu tempat yang menyala-nyala. Jadi, bagaimana cara orang-orang jahat dimusnahkan, apakah dengan dilempar ke api neraka terlebih dahulu? (Matius 5:22, 25:41, Wahyu 21:8)


✦ Saya sering menyimak media dan publikasi jw.org, tapi menemukan satu hal yang aneh. Kenapa Saksi-Saksi Yehuwa menganjurkan jemaat mudanya untuk tidak mengejar pendidikan tinggi dan karir? (Pengkhotbah 5:19). Ya, dunia ini memang cenderung pada materialisme dan hedonisme. Tapi sebagai orang beriman, apa yang Alkitab katakan tentang itu yaitu bahwa jangan khawatir tentang hari esok karena setiap hari punya kesulitannya sendiri (Matius 6:34). Selain itu, kita dianjurkan terampil dalam pekerjaan (Amsal 22:29) dan tak perlu terlalu khawatir jatuh ke dalam keburukan duniawi jika tetap teguh pada tuntunan Yehuwa (Mazmur 119:105). Jika kita benar-benar percaya kepada Yehuwa, kita akan melakukan yang terbaik untuk menunjukkannya dengan menyingkirkan gangguan apa pun yang mungkin membuat mata pikiran kita tetap terlalu berlebihan untuk membayangkan hidup kita di Dunia Baru.


✦ Kenapa Saksi-Saksi Yehuwa menolak transfusi darah? (Imamat 17:14, Ulangan 12:23, Kisah 15:29). Meskipun transfusi darah tidak berdasarkan Alkitab, Yesus sendiri melanggar aturan kitab suci untuk menyembuhkan orang sakit (Lukas 13:10-17), dan itu adalah contoh yang cukup baik bagi saya. “Kamu menyembuhkan wanita yang sakit pada hari Sabat” dia ditantang, oleh para ahli Taurat pemimpin sinagoga yang menganggap penafsiran Kitab Suci sangat penting. Dengan kata lain, Yesus meninggikan kesembuhan orang sakit menjadi lebih penting daripada ketaatan kepada penafsiran kitab suci seseorang atau orang lain, bahkan jika orang itu menganggap penafsirannya tentang Kitab Suci sangat penting, seperti halnya Menara Pengawal.


✦ Tuhan menggunakan kata ganti jamak berupa "Kita" pada (Kejadian 1:26-27). Mengapa demikian dan apakah maknanya?


✦ Apakah bedanya antara Hari Yehuwa dengan Hari Tuan dan antara di hadapan Yehuwa dan di hadapan Yesus? Dan kenapa kita akan dikumpulkan kepada Yesus? (2 Tesalonika 2:1-2)


✦ Apakah maksud "Allah dan Bapaknya" pada (Wahyu 1:6)?


✦ Kenapa melakukan pengusiran hantu menggunakan nama Yesus, bukan nama Allah Yehuwa?


✦ Kenapa Yesus bisa tahu isi hati manusia (Yohanes 2:25)? Apakah dia Allah? (1 Samuel 16:7, Kisah 1:24, 15:8, Wahyu 22:23)? ⁵


✦ Kenapa Yesus bisa mempunyai kuasa mengampuni dosa? Bahkan kemudian ia menjadi penebus dosa. (Matius 9:6, Markus 2:1-12)


Dalam pandangan saya, bukankah Allah Yehuwa saja yang mengampuni dosa? (Ulangan 24:16, 1 Raja-raja 8:34, 8:36, 8:40, 2 Raja-raja 14:6, 2 Tawarikh 6:27, 25:18, Mazmur 25:18, 32:1, 32:5, 79:9, 85:2, Markus 2:7)


✦ Apakah perbedaan antara menjadi Saksi Yehuwa (Yesaya 43:10) dengan menjadi Saksi Yesus (Kisah 1:8)?


✦ Kenapa Yesus disebut sebagai yang pertama dibangkitkan dari antara orang mati (Kisah 26:23, Kolose 1:18, 1 Korintus 15:23), padahal diceritakan bahwa Lazarus bangkit dari kematian saat Yesus masih hidup (Yohanes 11:44)?


✦ Kenapa Yesus digelari Penyelamat? (Titus 3:6) Bukankah hanya Allah Yehuwa sang Penyelamat? (Yesaya 43:11)


✦ Bisakah anda menjelaskan apa perbedaan antara kita menjadi milik Allah (2 Timotius 2:19) dengan milik Kristus (Galatia 3:29)?


✦ Bagaimana bisa Yesus dapat memberi kemampuan dan mempunyai kemuliaan yang besar (Lukas 21:15, 21:27, 21:36), padahal Yehuwa tidak membagi kemuliaan-Nya kepada siapapun (Yesaya 42:8)?


✦ Bagaimana caranya Yesus dapat berada di tengah-tengah perhimpunan dalam namanya, padahal Yesus sudah tiada di dunia ini namun di alam surga? (Matius 18:20). Padahal menurut saya hanya Yehuwa sajalah yang mampu berbuat demikian karena berkapasitas sebagai Tuhan. (Yoel 2:32, Mazmur 145:18, Yeremia 23:24, Kisah 17:27)


✦ Kenapa sering ditekankan bahwa Yesus adalah Tuan, dan sering disebut sebagai Tuan, bukan Nabi atau Rasul? (Markus 2:27-28, Lukas 6:5, Lukas 24:18, Filipi 2:11, Wahyu 22:20) Selain itu dia disebut Tuan atas segala tuan (Wahyu 17:14), padahal Yehuwa yang merupakan Tuan atas segala tuan (Ulangan 10:17).


✦ Kebaikan hati yang luar biasa hanya dari Allah Yehuwa. Tapi kenapa Yesus juga bisa memberikannya?

(Yakobus 4:6)

(Wahyu 22:21)


✦ Apakah perbedaan antara bertekuk lutut kepada Allah (Roma 14:11) dengan bertekuk lutut dalam nama Yesus? (Filipi 2:10-11)?


✦ Kenapa Paulus bersyukur kepada Yesus dan memuliakannya, seperti kepada Allah? (1 Timotius 1:12, 1 Petrus 3:15, 2 Petrus 3:18)


Bandingkan dengan (Keluaran 20:2-3, (Keluaran 20:2-3, (Keluaran 20:2-3, (Keluaran 20:2-3, (Keluaran 20:2-3, (Keluaran 20:2-3, Korintus 12:3, 1 Petrus 4:11).


✦ Kenapa Stefanus menyerahkah nyawanya kepada Tuan Yesus? (Kisah 7:59) Bukankah nyawa berasal dari dan kembali kepada Allah? (Ulangan 30:20, Yeremia 30:21)


✦ Kenapa Yesus dapat mengutus para nabi, orang bijak, dan guru? (Matius 23:34) Bukankah para Nabi diutus oleh Allah Yehuwa dan berasal dari-Nya? (2 Tawarikh 24:19, Yeremia 35:15)


✦ Simak (1 Tesalonika 5:2, Wahyu 16:15, 22:12, 22:20).

Terdapat ambiguitas lagi. Apakah Yehuwa dan Yesus datang secara bersamaan? Bagi pemahaman sebagian orang, seakan-akan keduanya ialah sosok yang sama.


✦ Jika Yehuwa dan Yesus bukan pribadi yang sama, kenapa ada kemiripan dalam penggambaran pada ayat-ayat berikut, yaitu Yehuwa dan Yesus berambut putih seperti wol?


• Yang Lanjut Usia (Daniel 7:9)

• Rambutnya putih (Wahyu 1:14)


✦ Ada beberapa ayat yang terkesan ambigu tentang siapa yang sebenarnya dimaksud dan yang berbicara, Yehuwa atau Yesus?

(1 Tesalonika 3:12, 2 Tesalonika 3:3, 3:5).


Juga pada (Yohanes 21:23, 2 Petrus 1:16, Wahyu 22:18-19, 22:20-23). Seakan-akan Yesus punya kuasa seperti Allah, dan keduanya adalah pribadi yang sama.


✦ Simak (Wahyu 11:17 dan 19:16). Kenapa Allah Yehuwa diceritakan baru memerintah sebagai Raja, padahal dia adalah Raja sejak alam semesta diciptakan? Lalu apakah perbedaan antara Yehuwa sebagai Raja alam dengan Yesus sebagai Raja? (Zakharia 14:16-17, Maleakhi 1:14, 1 Timotius 1:17)


✦ Hanya Allah yang memiliki malaikat sebagai budak atau abdi dan utusan-Nya (Keluaran 33:2, Mazmur 34:7, Wahyu 22:6). Tapi kenapa Yesus juga memiliki malaikat (Wahyu 22:16)? Apakah ini membuktikan bahwa Yesus sama dengan Tuhan? Tetapi Iblis juga memiliki malaikat (Wahyu 12:9)?


✦ Yesus bukan Allah. Namun mengapa Kristus menjadi hakim atas orang hidup dan mati? (Kisah 10:42, 1 Petrus 4:5) Apa perbedaannya antara pertanggung jawaban kepada Allah dengan pertanggung jawaban kepada Yesus? (Roma 14:12, 2 Korintus 5:10) Bukankah hanya ada satu hakim, yaitu Allah? (Yakobus 4:12, Yesaya 33:22)


✦ Kenapa pribadi Yesus dipuji seperti Allah dan diberi banyak gelar yang mengandung unsur kultus, bahkan beberapa gelarnya hampir sama dengan Allah Yehuwa, seperti Allah Yang Perkasa, Bapak Kekal, Yang Pertama dan Yang Terakhir?


Dia juga disebut sebagai yang pernah mendahului Tuhan, Yang Kudus dari Allah, Kunci kematian dan kuburan, Raja atas segala raja, Penguasa surga dan bumi, Tuan atas segala tuan, Tuan atas orang mati dan orang hidup, ... Dia diberi banyak kuasa sehingga seakan-akan dia seperti Allah Yehuwa, Sang Pencipta, dan sama dengan-Nya? Atau sekadar cerminan-Nya yang paling agung? Tapi menurut keyakinan saya, gelar-gelar yang sangat agung dan mulia atau adikodrati hanya patut untuk-Nya. (Yesaya 42:8).


Bandingkan pula antara (Roma 14:11) dengan (Filipi 2:11).


• Gelar Allah Yehuwa : (Keluaran 10:10, Mazmur 24:8, 118:5, 138:5, Yesaya 44:6, Yeremia 10:6-7, Daniel 2:47, Daniel 5:23, Efesus 1:17, 1 Timotius 1:17, 1 Petrus 1:15, Wahyu 1:8, 21:6, 22:13) ⁶

• Gelar Yesus: (Yesaya 9:6, Matius 22:18, Lukas 1:17, Yohanes 6:69, Roma 14:9, 1 Timotius 6:15, 2 Petrus 3:18, Wahyu 1:17-18, Wahyu 17:14, Wahyu 19:16)


✦ Kembali membahas (Yesaya 9:6). Dalam ayat terjemahan diartikan sebagai "Allah Yang Perkasa", tetapi dalam manuskrip Ibrani (Westminster Leningrad Codex) kata yang disebut bukanlah yang bermakna allah-allah atau semacamnya, namun "Yehuwa". Jadi, apakah ini membuktikan bahwa Yesus=Yehuwa? Memang ada banyak yang disebut sebagai allah-allah (Mazmur 82:1, Yohanes 10:35). Kita juga sama-sama percaya bahwa Yesus bukan Tuhan dan Tritunggal memang salah (Markus 13:32, Yohanes 7:16, 7:29, 12:44, 12:49, 14:28, 17:21, 20:17, Kisah 2:30, 1 Korintus 15:28, Ibrani 3:1, Filipi 2:6). Namun saya merasa janggal setelah mencermati teks asli ayat Alkitab dalam bahasa Ibrani dan Yunani.


Perhatikan kata yang diberi tanda kurung ganda:


[לְמַרְבֵּה כ] (לְמַרְבֵּ֨ה ק) הַמִּשְׂרָ֜ה וּלְשָׁלֹ֣ום אֵֽין־קֵ֗ץ עַל־כִּסֵּ֤א דָוִד֙ וְעַל־מַמְלַכְתֹּ֔ו לְהָכִ֤ין אֹתָהּ֙ וּֽלְסַעֲדָ֔הּ בְּמִשְׁפָּ֖ט וּבִצְדָקָ֑ה מֵעַתָּה֙ וְעַד־עֹולָ֔ם קִנְאַ֛ת ((יְהוָ֥ה)) צְבָאֹ֖ות תַּעֲשֶׂה־זֹּֽאת׃ ס

Sumber teks Ibrani: WLC (Westminster Leningrad Codex - Consonants and Vowels)


✦ Pada Kolose 3:13 Terjemahan Dunia Baru tertulis kata "Yehuwa" padahal dalam manuskrip Yunani (Tischendorf) tertulis kata "χριστος" yang berarti Kristus, sedangkan pada manuskrip lainnya yaitu Yunani (Kingdom Interlinear) tertulis "κύριος" yang berarti berarti Tuhan atau Tuan. Jadi, manakah sebenarnya yang asli? Apakah ayat ini bisa bermakna ganda, sehingga Yesus Kristus dapat mengampuni layaknya Tuhan?

✦  Pada Kolose 3:16, diperintahkan bahwa apapun yang kita katakan dan lakukan, lakukan semuanya dalam nama Yesus. Bukankah hal itu seperti menduakan Allah? Karena Kisah 2:21 menyebutkan bahwa siapa yang berseru kepada nama Allah Yehuwa akan diselamatkan.



MENURUT AL-QUR'AN


⁰ Allah Maha Esa, tidak bersekutu, tidak beranak dan tidak diperanakkan. (Quran 3:66, 112:1-4)


¹ Yesus seolah-olah mati namun hanya pingsan di kayu salib. Beliau berhasil meloloskan diri, kemudian hijrah bersama ibunya ke arah timur, ke suatu tempat yang tinggi. Beliau telah wafat di sana, sama seperti para Nabi yang lain. Makam beliau saat ini ada di Kashmir. (Quran 4:157, 23:50). Untuk bahasan selengkapnya lihat pada sumber rujukan di bawah artikel ini.


² Abraham/Ibrahim/Brahma, Bapak Orang-orang Beriman. (Quran 2:130, 2:133, 2:135, 2:136, 2:140, 2:258, 3:67, 4:54, 4:164)


³ Para Nabi atau Juru Ingat seperti Krisna, Buddha, Konghucu, Zarathustra, maupun nabi-nabi lainnya yang tak disebutkan di dalam al-Qur'an telah diutus ke berbagai umat/kaum/bangsa, meskipun agama-agama yang dihubungkan dengan mereka saat ini telah tercemar oleh mitos, penyelewengan ajaran, maupun penyembahan berhala. (Quran 2:129, 3:79, 119, 7:168, 35:24, 4:164, 40:78, 49:13)


⁴ Manusia terlahir dalam keadaan masih suci tanpa dosa. (Quran 7:32, 7:170)


⁵ Hanya Allah yang dapat mengetahui isi hati semua makhluk. (Quran 67:13)


⁶ Gelar-gelar yang kultus dan agung, hanya patut bagi Allah semata. (Quran 20:114, 27:26, 40:15-16, 54:55, 57:3)




Mungkin inilah sebabnya Susunan Kristen tersesat dalam memahami dan membedakan makna ayat-ayat Alkitab, sehingga menuhankan Yesus dan membuat konsep Tritunggal. Dinilai dari berbagai aspek, dalam keyakinan saya, kami hanya berani memberi gelar-gelar yang terkesan agung dan luar biasa tersebut kepada Tuhan, Allah semata, bukan kepada ciptaan-Nya meskipun seorang manusia yang sangat mulia.


Saya sangat merasakan manfaat Alkitab. Meskipun saya tetap merasakan kontradiksi antar ayat-ayatnya, tetapi Alkitab merupakan salah satu kitab suci yang banyak diterjemahkan dan sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia untuk menjadi lebih baik. Namun tetaplah, menurut keyakinan Islam saya, bahwa kebenaran suatu ayat-ayatnya diuji oleh kitab suci dan prinsip agama kami. Apakah kebenaran sejati suatu agama dilihat dan diukur dari kemajua, kemapanan maupun jumlah penganutnya semata-mata? Sepertinya tidak ada organisasi yang sempurna sehingga kebenaran mazhab menjadi relatif.



“Hikmah itu adalah barang yang hilang milik orang yang beriman. Di mana saja ia menemukannya, maka ambillah.”

—Nabi Muhammad saw. (HR. Tirmidzi)





Ada juga sebuah buku menarik yang membahas masalah keselamatan dalam agama Kristen, fakta penyaliban, dan perbandingan ayat-ayat yang kontradiktif dan kesaksian yang bertentangan dalam Alkitab, yang dapat diunduh dan dibaca di sini.

Demikian pertanyaan dan pernyataan saya. Mohon maaf jika ada kekurangan atau salah kata. Pertanyaan saya bukan untuk menjebak, menentang, atau pun berdebat, namun semata-mata karena hikmat dan rasa ingin tahu yang besar, serta menguji kebenaran Alkitab secara lebih jelas dan mendalam. Semoga Allah memberkati.



TERIMA KASIH!

Dari saudaramu seorang Muslim


Mereka yang bukan saudaramu dalam agama, adalah saudaramu dalam kemanusiaan.

—Imam 'Ali as., Khalifah IV Nabi Muhammad saw.


-------------------------------------


Sedikit tambahan:


MESIAS YANG ILAHI DAN INSANI?


By: Menachem Ali

Airlangga University


Kalau kita membaca TaNaKH (Torah Neviem ve Khetuvim) yang berkaitan dengan "kelahiran" dan "penciptaan" sesuatu, ternyata memang tidak dikenal adanya konsep "dilahirkan" tapi "tidak diciptakan", dan dalam hal "kelahiran" atau pun "penciptaan" juga tidak dikenal adanya paduan kodrat ganda pada sesuatu, yakni adanya kodrat keilahian sekaligus kodrat kemanusiaan (kodrat kemakhlukan). 


Quran menegaskan bahwa Isa Al-Masih itu hanya sebagai الكلمة (al-Kalimah) yakni Sang Firman sebagai mufrad, bukan كلام (Kalam), dan Quran menegaskan bahwa الكلة (al-Kalimah) yakni Sang Firman itu sebagai ciptaan, BUKAN yang menjadi penyebab/sumber ciptaan. 


Pernyataan Quran bahwa Isa Al-Masih yakni Sang Firman (al-Kalimah) sebagai CIPTAAN dan bukan sebagai SUMBER ciptaan, juga dibenarkan oleh tradisi Yahudi mengenai Mesias yang juga sebagai CIPTAAN karena memang Messiah itu diciptakan, BUKAN tidak diciptakan. 


"Three things were created on the basis of the name of the Holy One: the Righteous, the Messiah and Jerusalem." (Talmud Bavli, masekhet Baba Bathra 75b.). "Ada 3 yang diciptakan, salah satunya adalah Messiah. Inilah benang merah antara dokumen Islam dan dokumen Yahudi. 


Bila menurut Torah/TaNaKH, TUHAN sejak semula menciptakan (BARA: "mencipta) langit dan bumi, dan TUHAN sejak semula membentuk ('ASYA: "membentuk") langit dan bumi, dan sejak semula langit dan bumi ada proses kelahiran (TOLEDOTH - תולדות : "kelahiran/birth"), lihat Sefer Bereshit 2:4; maka hal ini membuktikan bahwa langit dan bumi itu sebenarnya "dilahirkan dan diciptakan" (gennenthenta kai poiethenta) BUKAN "dilahirkan tapi tidak diciptakan" (gennenthenta ou poiethenta). Hal ini juga membuktikan bahwa langit dan bumi sebenarnya "dilahirkan" dan "diciptakan" tanpa ada kodrat ganda, atau pun hanya memiliki kodrat keilahian. Namun justru hanya menegaskan adanya kodrat kemakhlukan saja. Uniknya Sefer Bereshit (Genesis) 2:4 dalam teksnya ternyata juga digunakan 2 kata kunci utama yang muncul bersamaan dengan maksud yang sama, yakni ילד (YELED) lit. "lahir" dan ברא (BARA), lit. "cipta" yang keduanya merujuk pada makna yang sama. Jadi "dilahirkan" itu sepadan dengan "diciptakan", dan yang "diciptakan" itu maksudnya sama dengan "dilahirkan." Dengan demikian, "kelahiran" langit dan bumi tidak ada kaitannya dengan adanya kodrat keilahian. Begitu juga Mesias itu ada proses תולדות (kelahiran) yang juga tanpa ada kodrat keilahian. 


Talmud Bavli, maskehet Baba Bathra 75b menyebutkan bahwa Messiah itu dilahirkan dan diciptakan. Tidak ada pernyataan di dalam Talmud bahwa Messiah itu "dilahirkan tapi "tidak diciptakan" atau pun "dilahirkan bukan diciptakan" (English: begotten not created; Latin: genitum non factum, Yunani: gennethenta pro panton; Arab: مولود غير مخلوق - mawlud ghayr makhluq). 


Dengan demikian, Mesias itu memang diciptakan sebagaimana teks yang termaktub dalam dokumen Talmud Bavli dan Torah/TaNaKH. Hal itu adalah memang sangat BENAR demikian, karena Mesias memang diyakini oleh teks suci Yahudi sebagai "Anak Manusia", sehingga tentu saja pada diri-nya HANYA memiliki "kodrat kemanusiaan" dan tidak memiliki kodrat keilahian, dan sebagai konsekwensinya maka dia (Mesias) adalah HANYA semata-mata ciptaan. 


Semoga mencerahkan kepada para pembaca.

-------------------------------------

Sumber rujukan dan referensi:


•Al-Qur'an Tafsir dan Terjemah, Maulana Muhammad 'Ali https://aaiil.org/indonesia/holyquran/indonesianholyquransuci.shtml

•Al-Qur'an Tafsir dan Terjemah, Hazrat Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad 

https://play.google.com/store/apps/details?id=id.ahmadiyah.quran

•Kitab Suci (Alkitab) Terjemahan Dunia Baru https://www.jw.org/id/perpustakaan/alkitab

• Jesus - A Humble Prophet of God

https://www.alislam.org/jesus

• 101 Questions about Christianity

https://www.alislam.org/articles/101-questions/

• Di Mana Yesus Wafat?

https://archive.org/download/DimanaYesusWafat/Dimana%20Yesus%20Wafat.pdf

• Yesus Wafat di Kashmir

http://aaiil.org/indonesia/indonesianbooksislamahmadiyya/misc/yesuswafatdikashmir/yesuswafatdikashmir.shtml

• Agama-agama Besar Dunia

http://aaiil.org/indonesia/indonesianbooksislamahmadiyya/misc/agamabesardunia/agamabesardunia.shtml

• Buku-buku Kristologi dan studi kritis Alkitab

pakdenono.com

masroorlibrary.com

• Situs web studi kritis Saksi-Saksi Yehuwa

jwfacts.com

jwfiles.com

jwpost.org

jwsurvey.org

jw.support

ajwrb.org

avoidjw.org

www.aawa.co

www.quotes-watchtower.co.uk

• The Truth About The Truth

https://drive.google.com/file/d/1jTW2SOM80J_bzSEdW2smxWCa57nS91oi/view?usp=drivesdk

• Pecahan organisasi Siswa-siswa Alkitab:

internationalbiblestudents.com

biblestudentsdaily.com

dawnbible.com

biblestandard.com

herald-magazine.com

neirr.org

• Kumpulan Situs Web Islami Jemaat Muslim Ahmadiyah

lnk.bio/ahmadiyah



(perhatian) Tulisan di atas hanyalah opini saya setelah melakukan riset. Sebagai manusia yang tak sempurna dan harus terus belajar, saya mohon maaf apabila ada kesalahan. Tanggapan yang berbobot maupun koreksi yang bijak pada kolom komentar sangat saya hargai. Terima kasih! :)




Selasa, 28 April 2020

Tafsir Mimpi Imam Ja'far Shadiq as.


Acara Perayaan

Mempunyai lima makna: Kekuasaan, kekuatan, manfaat, hikmah, dan kepemimpinan atas orang lain.

Air yang Luas

Mempunyai lima makna: keyakinan yang benar, kekuatan, urusan yang rumit, penyesalan para pembesar, dan pekerjaan dari orang yang mempunyai kekuasaan.

Akal

Akal dan ruh mempunyai enam arti: mujur, pemerintahan, ibu, ayah, harta, dan kemuliaan.

Alat Pemintal

Mempunyai tiga makna: lelaki musafir, wanita, dan pelayan.

Alim

Mimpi orang alim mempunyaj empat makna: kemampuan tinggi, kemuliaan, kemegahan yang dicari, dan kekuasaan.

Alpukat

Mempunyai lima makna: harta yang halal, kekayaan, wanita, mendapatkan hal yang diinginkan, dan manfaat.

Anggur

Barang siapa yang melihat dirinya mempunyai kebun yang di dalamnya terdapat pohon anggur, sedang ia membawa semangka untuk diganti dengan anggur, maka itu menunjukkan bahwa istrinya hamil dengan orang lain. Adapun anggur hitam dan yang putih mempunyai makna anak kecil, ilmu, kesempatan, dan harta.

Angin

Mempunyai sembilan makna: kabar baik, pengaruh, harta, kematian, azab, pembunuhan, sakit, sembuh, dan ketenangan.

Anjing

Mempunyai empat makna: musuh yang rendah, raja yang tamak, pembantu yang jelek perbuatannya, dan lelaki penjilat yang bodoh.



Senin, 30 Maret 2020

Buku: Cuplikan-cuplikan Pinilih saking Karya Serat Hazrat Masih Mau'ud (pdf)



Minangka mengeti Seabad madegipun Jemaat Ahmadiyah Sedunia (1989)

Buku punika arupi sumbangan saking tiyang-tiyang Ahmadi ingkang, malah ing abad punika, pinuju dipun aniaya lan dipun syahidaken namung tulus karana piyambakipun nggadahi katresnan lan ngagungaken Tauhid. Piyambakipun punika pangejawantahan saking semangat Bilal.*

* Bilal ra. punika satunggaling sahabat Rasulullah Muhammad saw. Sanadyan piyambakipun pikantuk sedaya rupi tindak aniaya ingkang anggegirisi lantaran piyambakipun mlebet ing agami Islam, nanging piyambakipun sedya seda tinimbang kedah nilar kaimanan dumateng Tauhid Ilahi.


DAFTAR ISI

  • Halaman
  • Bebuka
  • Allah Maha Luhur
  • Pangeran Ngaton marang Kawulane kang Beja
  • Pangeran Amaringi Piwales marang Kawulane kang Prasetya
  • Rasulullah
  • Hazrat Masih Mau'ud
  • Tujuan Ambangun Jemaat Ahmadiyah lan Pitutur-pitutur
  • Pepengetan
  • Rasa Curiga marang Liyan
  • Wahyu lan IIham
  • Malaikat
  • Jihad
  • Donga
  • Akidah Ingsun
  • Dosa
  • Nijat (Keslametan)
  • Uip Sauwise Mati
  • Roh
  • Hakekat Yajuj lan Majuj
  • Musim Cahya
  • Qu'an Karim
  • Agama-agama Donya
  • Rasa Tresna marang Sapadha-padha
  • Kahanane Ahmadiyah ing Tembe
  • Kemenangan Akhir

Buku: Kempalan Hadis-hadis Pinilih, Pakulinan Samangsa Sugeng, Tindak-tanduk tuwin Pangandikan-pangandikanipun Rasulullah ﷺ (pdf)



Islam punika agami ingkang leres. Ajaran kitab suci Al-Qur'an jangkep lan sampurna. Dene panutanipun Ingkang Minulya Kanjeng Nabi Muhammad saw. nuladhani wucalanipun kanthi sampurna.

Pangandikan sarta solah bawahipun Kanjeng Nabi sanget tandes nabet ing manahipun para sahabat. Sasampunipun seda, salah satunggaling garwa, Siti Aisyah ra., ngandika, “Saestu Gesangipun Kanjeng Nabi saw. punika ceples kaliyan Al-Qur'an.”

Mboten wonten ingkang geseh antawis pangandikanipun kaliyan Al-Qur'an. Wahyu ingkang tumurun dhumateng panjenenganipun murni mboten kecampuran nafsu pribadinipun. Saweneh ayat Al-Qur'an nekseni:

“Dheweke ora ngucap adhedasar hawa napsune. Kabeh kang diucapake adhedhasar Pangandikane Allah.”
(QS. An-Najm/Lintang/55:3-4)

Pribadinipun minangka tuladha ingkang sampurna kangge sedaya manungsa; Bab punika nyata kawedharaken ing salebeting Al-Qur'an:

“Satemene tumrape sira ana patuladhan sampurna, yaiku pribadi Rasulullah.”
(QS. Al-Ahzab/Para Papanthan/33:21)

Sampun wonten kumpulan ayat-ayat suci Al-Qur'an magepokan kaliyan tuladha gesangipun umat manungsa. Dene kitab punika ngemot kumpulan hadits-hadits ingkang antawisipun nyariosaken bab-bab ingkang magepokan kaliyan pangadataning gesang, tumindak serta pangandikanipun Rasulullah saw.donga, sarta cara panjenenganipun dakwah.


DAFTAR ISI


  • Niat lan Amal
  • Kaluhurane Allah swt.
  • Tauhid
  • Dzikir marang Allah
  • Asih marang Allah
  • Al-Qur'an Suci
  • Kautaman Tindak-tanduking Rasulullah saw.
  • Rukun Islam
  • Shalat lan Tata Cara Ngibadah
  • Haji
  • Nanjakake Bandha
  • Ngajak marang Kabecikan
  • Nikah
  • Budi Pakarti
  • Masarakat Islam
  • Atur Panuwun
  • Ngabekti marang Wong Tuwa
  • Pasrawungan
  • Asih marang Wong Cilik
  • Angapura
  • Tata Krama Mangan
  • Sandangan
  • Kamerin
  • Adigung
  • Goroh
  • Mlerete Umat Islam
  • Tumurune Imam Mahdi

Rabu, 04 Maret 2020

Buku: Indeks Tematik Ayat-ayat Al-Qur'an (txt)

“Maka tidakkah mereka merenungkan al-Qur’an? Seandainya itu bukan berasal dari sisi Allah, pastilah mereka akan mendapati banyak pertentangan di dalamnya.”
(QS. An-Nisā'/Wanita/4:82)

“Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk di tempat para pencemooh, melainkan yang kesukaannya hukum ALLAH dan yang merenungkan hukum-Nya siang dan malam. Ia seperti pohon yang tertanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang daunnya tidak layu. Segala sesuatu yang dilakukannya berhasil.”
(Mazmur 1:1-3)

“Sebaik-baik orang di antara kalian adalah yang mempelajari Al-Qur'an dan mengamalkannya.”
(HR. Tirmidzi 2907)

“Firman-Mu seperti pelita bagi kakiku, dan terang bagi jalanku. Aku telah bersumpah, dan aku akan meneguhkannya kembali, bahwa aku akan memegang teguh peraturan-peraturan-Mu yang benar itu.”
(Mazmur 119:105-106)

“Dan katakanlah, ”Kebenaran telah datang dan kebatilan telah lenyap. Sesungguhnya kebatilan itu pasti akan lenyap.” Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an suatu penyembuh dan rahmat bagi orang-orang yang beriman; tetapi tidaklah itu menambah kepada orang-orang yang aniaya melainkan kerugian.”
(QS. Al-Isrā'/Perjalanan Malam/17:81-82)


Al-Qur'an Terjemah & Tafsir Singkat


DAFTAR ISI (1):

Bab 01. SEKITAR ARKANUL ISLAM

Bab 02. IMAN


Bab 03. AL-QUR'AN


Bab 04. ILMU DAN CABANG-CABANG


Bab 05. AMAL


Bab 06. DAKWAH KEPADA ALLAH


Bab 07. JIHAD


Bab 08. MANUSIA DAN HUBUNGAN KEMASYARAKATAN


Bab 09. AKHLAK


Bab 10. PERATURAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN HARTA


Bab 11. HAL-HAL YANG BERKAITAN DENGAN HUKUM


Bab 12. NEGARA DAN KEMASYARAKATAN


Bab 13. PERTANIAN DAN PERDAGANGAN


Bab 14. SEJARAH DAN KISAH-KISAH


Bab 15. AGAMA-AGAMA



Daftar Isi (2):

01. AKHLAK DAN ADAB

02. KISAH-KISAH DAN PERUMPAMAAN DALAM AL-QUR'AN


03. HUKUM DALAM KELUARGA


04. IBADAH


05. KISAH-KISAH PARA NABI



UNDUH

Jumat, 21 Februari 2020

Khilafah ‘Ala Minhajin Nubuwwah dari Era Ar-Rasyidah hingga Berdirinya Kembali di Era Akhir Zaman



Berdirinya khilafah akan didahului oleh pengutusan seorang "nabi ummati" yang bergelar Imam Mahdi wal Masih Mau'ud. Khilafah tersebut akan mempersatukan umat Islam ke dalam satu jamaah.

Ust. Budi Ashari, Lc, Pembawa Acara Khalifah di Trans 7 dalam video ini mengatakan:

1. Demokrasi itu Sistem Yahudi, maka mustahil bisa menegakkan Khilafah dengan menggunakan sistem Yahudi. Menegakkan Khilafah harus memakai cara-cara Nubuwwah (yang sesuai metode Kenabian)

2. Anda jangan heran jika sekarang ini sangat sering orang-orang mengucapkan dan mendengar kata "Khilafah" siapa pun yang mengucapkannya dan dari kelompok manapun. Jangan heran, karena memang sekaranglah masanya Khilafah itu.

3. Maka tugas kita sekarang adalah bukan menunggu Khilafah itu tegak, tapi kitalah yang harus menempuh jalan Nubuwwah untuk Menegakkan Khilafah 'ala minhajinubuwwah (Khilafah yang sesuai dengan jalan Kenabian)

============

Tanggapan:

1. Benar. Khilafah tidak dapat ditegakkan melalui demokrasi. Khilafah hanya akan tegak dalam jamaah yang dirikan dan dipimpin oleh seorang nabi. Setelah nabi wafat, maka jamaah memilih pengganti imam yang disebut khalifah. *Masa kepemimpinan khalifah ini disebut khilafah.* Khalifah adalah penerus/pengganti nabi. Berdirinya khilafah didahului pengutusan seorang nabi. Tanpa kenabian (nubuwwah) tidak mungkin terwujud kekhalifahan (khilafah).

2. Betul, sekarang adalah masanya atau eranya atau zamannya khilafah. Hanya, belum banyak yang mengetahuinya, masih banyak yang menyalah-pahaminya.

3. Memang tugas kita bukan menunggu khilafah. Tugas kita yaitu meluruskan kesalahpahaman tentang Khilafah 'ala Minhaj Nubuwwah dan mengkampanyekan khilafah yang sebenarnya pada masa ini.

Artikel berikut ini sangat layak untuk ditelaah:



KHILAFAH ‘ALA MINHAJIN NUBUWWAH DARI ERA AR-RASYIDAH HINGGA ERA AL-AHMADIYAH

(Khilafah Islamiyah Dalam Persepektif Ahmadiyah) 

Oleh : HM. Syaeful ‘Uyun * 

ALLAH SWT., melalui Kalam Suci-Nya, menegaskan, Muhammad bin Abdullah adalah Nabi dan Rasul Allah (Ali Imran, 3:144; Al-Ahzab, 33:40; Al-Fath, 48:29), diutus dengan membawa petunjuk dan agama yang benar (Al-Fath, 48:28), diberi wahyu Al-Quran (Al-Hijr, 15:87; An-Nahl, 16:44; As-Syu’ara, 26:192-194), diberi agama Islam (Al￾Maidah, 5:3; Al-Haj, 22:78), agama terakhir dan tersempurna (Al￾Maidah, 5:3; Ali Imran, 3:19), bergelar *Khaataman-Nabiyyin (Al￾Ahzab, 33:40), nabi paling sempurna, paling afdhal, dan penutup nabi nabi qaumi – nabi yang bersifat kebangsaan, baik yang membawa syariat maupun yang tidak membawa syariat* (Ibrahim, 14:4; Bani Israil, 17:55; Al-An’am, 6:84-90; Al-Baqarah, 2:87-91,253;), karena beliau diutus Allah untuk seluruh umat manusia (An-Nisa, 4:79; Al￾A’raf, 7:158; Saba’, 34:28), dan seluruh alam (Al-Anbiya, 21:107), disebut-sebut sebagai karunia bagi orang-orang beriman (Ali Imran, 3:164), dan *pembuka pintu Nikmat Ilahi, berupa maqam-maqam rohani tertinggi: Nabi (ummati atau mutti’) -- Nabi yang, menjadi Nabi, semata-mata karena ke-ummatan dan ke-itaatan yang sempurna kepada baginda Nabi Muhammad SAW., bagi siapa saja dan bagi suku atau kebangsaan apa saja, maqam Siddiq, Syahid dan Shalih (An-Nisa, 4:69).* Untuk mencapai maqam-maqam rohani tertinggi itu, umat Islam pun, paling tidak, 17 kali sehari semalam, dianjurkan Allah agar senantiasa berdoa untuk mendapatkan nikmat-nikmat-Nya itu (Al-Fatihah, 1: 5-7), karena maqam-maqam rohani tertinggi itu akan diberikan Allah kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya (An-Nisa, 4:70).

Allah SWT, melalui Kalam Suci-Nya, juga menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan beramal shaleh dari umat Muhammad SAW., bahwa sepeninggal baginda Nabi Muhammad SAW., *Dia akan membangkitkan Khalifah-Khalifah sebagaimana Allah pernah membangkitkan Khalifah-Khalifah kepada orang-orang yang datang sebelum mereka*:

“Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman dari antara kamu dan berbuat amal shaleh, bahwa Dia pasti akan menjadikan mereka itu khalifah di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan khalifah orang-orang yang sebelum mereka; dan Dia akan meneguhkan bagi mereka agama mereka, yang telah Dia ridhai bagi mereka; dan niscaya Dia akan menggantikan mereka sesudah ketakutan mereka dengan kemanan. Mereka akan menyembah Aku, dan mereka tidak akan mempersekutukan sesuatu dengan Aku. Dan barangsia ingkar sesudah itu, mereka itulah orang-orang yang durhaka”. (An-Nur, 24:55)

Arti Khilafat dan Nizam Khilafat

“Khilafat” berasal dari kata kho-la-fa, berarti: menggantikan (to succesed), meninggalkan, pengganti atau pewaris (successor).

“Nizam” (Urdu), atau “Nidhom” (Arab), berarti: sistem, tatanan atau peraturan. Nizam atau Nidhom Khilafat adalah sistem kepemimpinan dalam Islam. Kepemimpinan Khilafat lebih banyak bersifat kerohanian daripada keduniawian, bersifat agamis daripada politis. Kepemimpinan Khilafat, erat sekali hubungannya dengan Allah SWT,.

Rumusan paling tepat dalam hal ini adalah apa yang disampaikan Khalifah Umar bin Al￾Khatab r.a. :

“Sesungguhnya tidak ada Islam tanpa Jamaah, dan tidak ada Jamaah tanpa Imarah (Amir/Pimpinan), dan tidak ada Imarah tanpa taat”. (Riwayat Ad-Darimy, dari Tamim Ad-Daary, Sunan Ad-Darimy, Juz I, hal. 79).

Islam adalah suatu tujuan yang ingin dicapai (penyerahan diri). Untuk mencapai tujuan ini diperlukan adanya Jamaah. Jamaah identik dengan organisasi. Jamaah atau organisasi tanpa pimpinan adalah suatu hal yang tidak mungkin. Keberadaan pimpinan dalam suatu organisasi adalah hal yang tak dapat dipisahkan. Pimpinan adalah sesuatu yang harus ditaati. Jadi, Pimpinan, Organisasi dan Ketaatan merupakan hubungan yang saling berkait. Dalam Islam, hubungan ini menjadi Khilafah, Jamaah dan Tho’ah untuk menjalankan suatu program yang telah ditetapkan. Hubungan inilah yang disebut dengan Nidhom atau Nizam Khilafat.***

Cara Pengangkatan Khalifah

Cara pengangkatan Khalifah tidak sama dengan cara pengangkatan Nabi. Nabi diangkat oleh Allah SWT., langsung, dan kemudian Nabi itu sendiri mengumumkan kenabiannya kepada khalayak ramai. Disini akan terjadi yang pro dan yang kontra.
Yang pro atau pendukung mulanya sedikit, tapi makin lama makin besar, sedangkan yang kontra atau penentang mulanya besar dan perkasa, tapi makin lama makin kecil atau sirna.

Pengangkatan Khalifah polanya lain, meskipun kedua-duanya sama-sama diangkat oleh Allah SWT,.
*Khalifah, secara lahiriyah dipilih oleh manusia (orang-orang beriman), namun secara tersembunyi bekerja Tangan Allah SWT,*. Sama halnya dengan kejadian dalam Perang Badar dimana Allah SWT., mengatakan : “Wa maa romaita idz romaita wa laakinnallooha romaa” -- “Dan bukan engkau yang melempar ketika engkau melempar, melainkan Allah-lah yang melempar”. (Al￾Anfal, 8:17)

Saat NABI dipilih belum ada satu pun orang beriman dan beramal saleh.
*KHALIFAH dipilih pada saat sudah ada dan sudah banyak orang-orang beriman dan beramal saleh, dipilih dari dan oleh orang-orang beriman dan beramal saleh, dimana melalui mereka itulah bekerja tangan Allah SWT*,.

Tugas Khalifah Identik dengan Tugas Nabi

Jika Nabi bertugas:

“LiyudhHirahu ‘alad-diini kulluihi “-- memenangkan agama (Islam), diatas agama-agama lain (As-Shaf, 61:9), maka seorang *Khalifah tugasnya adalah melanjutkan dan menyempurnakan tugas Nabi tersebut. Khalifah adalah pengganti atau penerus Nabi*.

Jika seorang Khalifah secara penuh memikul tanggungjawab tugas seorang Nabi, maka oleh Nabi, dalam Hadits-nya, ke-Khalifahan tersebut, disebut: Khilafah ‘Ala Minhajin-Nubuwwah – Khilafah yang mengikuti jejak kenabian.***

Khalifah Wajib Adanya Bagi Muslimin

Kehadiran Imarah atau Amir atau Khalifah adalah wajib adanya bagi Muslimin.
Hal ini didasarkan pada beberapa pertimbangan dan alasan, al :

1) Allah SWT, melalui Kalam Suci-Nya, telah merekomendasikan kepada orang-orang beriman dan beramal saleh, bahwa Dia pasti akan menjadikan Khalifah-Khalifah, sebagaimana Allah telah menjadikan Khalifah-Khalaifah kepada orang-orang yang datang sebelum mereka (An-Nur,[24]:55).

2) Allah SWT, melalui Kalam Suci-Nya, telah menyuruh orang-orang beriman agar BERPEGANG TEGUH KEPADA TALI ALLAH (Nabi dan para Khalifahnya) seutuhnya, dan MELARANG BERCERAI BERAI (Ali-Imran, 3:103) serta melarang hidup sendiri-sendiri, membuat bergolong-golongan, dimana masing-masing bangga dengan kelompok atau golongannya, dan mengaku benarnya sendiri (Al-Mu’minun, [23]:51-54)

3) Allah SWT, melalui Kalam Suci-Nya, telah menyuruh orang-orang beriman, agar senantiasa TAAT KEPADA ALLAH, TAAT KEPADA RASUL-NYA, dan TAAT KEPADA ULIL AMRI (An-Nisa, [4] : 59).

4) Nabi Muhammad SAW., bersabda: “……Talzamu jamaatal-Muslimiina wa imaamahum……” – TETAPLAH KAMU PADA JAMA’AH MUSLIMIN dan IMAM mereka (Bukhari, Kitabul Fitan, Juz 4:225; Muslim, Kitabul Imarah, Juz 2:134-135)

5) Nabi Muhammad SAW., bersabda: “Man maata bighoiri imaamin maata miitatan jaahiliyyah” – BARANGSIAPA MATI TIDAK MEMPUNYAI IMAM, maka MATINYA LAKSANA MATI JAHILIYYAH. (HR. Ahmad dari Mu’awiyyah, Musnad Ahmad, Juz 4:96)

6) Khalifah ‘Umar bin Al-Khaththab r.a., bersabda: “Innahu laa Islaama illa bijamaatin, wa laa jamaata illa biimaarotin, wa laa imaarota illaa bithoo’atin”-- Sesungguhnya tidak ada Islam tanpa Jamaah, dan tidak ada Jamaah tanpa Imarah (Amir/Pimpinan), dan tidak ada Imarah tanpa taat (Ad-Darimy)

7) PEMBAI’ATAN Khalifah pertama Abu Bakar As-Shiddiq dilakukan lebih dahulu sebelum jenazah Rasulullah SAW., dikebumikan, begitu pula pada masa-masa penggantian ke-khalifahan berikutnya.

Mengisyaratkan, Imamah itu harus ada dan berkesinambungan, tidak boleh terputus sedikit pun, sehingga Muslimin terpelihara dalam Jamaah Muslimin dan Imam mereka.

8) Bagaimana mungkin Muslimin dapat disebut sebagai Ummat kalau ditengah-tengah mereka tidak ada seorang Imarah atau Amir atau Khalifah. Sebab, tentu saja, tidak ada ummat tanpa pimpinan dan tidak ada pimpinan kalau dibelakangnya tidak ada ummat.***

Khilafah Islamiyah Dari Masa ke Masa

Rasulullah SAW., meng-khabar-ghaib-kan, empat era/periode akan mewarnai kepemimpinan Muslimin sepanjang perjalanan sejarahnya :

Dari Nu’man bin Basyir dari Hudzaifah bin al-Yaman r.a., berkata: Rasulullah SAW., bersabda:

"Adalah masa Kenabian itu ada di tengah-tengah kamu sekalian, adanya atas kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya apabila Ia telah menghendaki untuk mengangkatnya.

*Kemudian adalah masa Khilafah yang mengikuti jejak Kenabian (Khilafah ‘Ala Minhajin Nubuwwah), adanya atas kehendak Allah.*

Kemudian Allah mengangkatnya apabila Ia telah menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian adalah masa Kerajaan yang menggigit (Mulkan ‘Adhan), adanya atas kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya apabila ia telah menghendaki untuk mengangkatnya.

Kemudian adalah masa Kerajaan yang menyombong ((Mulkan Jabariyyah), adanya atas kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya, apabila ia telah menghendaki untuk mengangkatnya.

*Kemudian adalah masa Khilafah yang mengikuti jejak Kenabian (Khilafah ‘Ala Minhajin Nubuwwah). Kemudian (Nabi), diam”.* (Musnad Ahmad bin Hanbal, Jilid 4:273).***

Era Kenabian (Nubuwwah)

Menurut Hadits Nabi diatas, era pertama ialah era Kenabian. Era ini, jelas merujuk kepada era Kenabian Nabi Muhammad SAW,. Nabi Muhammad SAW., memimpin Muslimin dalam satu Jama’ah dan Imamah. Kaum Muslimin hidup kompak dibawah pimpinan Allah dan Rasul-Nya itu. Dalam menjalankan kepemimpinannya, Nabi Muhammad SAW., tidak pernah mendirikan perkumpulan atau partai, atau negara, untuk mengamalkan Wahyu-wahyu Allah yang di wahyukan kepada beliau. Melainkan, setelah wayu diterima, kemudian diamalkan dan di da’wahkan kepada umat manusia. Mereka yang memenuhi seruan Allah dan Rasul-Nya itu, mengikuti beliau dan dengan berjamaah, mereka mengamalkan Wahyu-wahyu Allah dengan mengikuti perbuatan yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW,.

Orang pertama yang memenuhi seruan Rasulullah SAW., itu, ialah istri beliau, Khadijah dari kalangan wanita, Abu Bakar dari kalangan pria, dan Ali bin Abi Thalib serta Zaid bin Haritsah dari kalangan pemuda.

Dari waktu ke waktu bertambah banyaklah jumlah kaum Muslimin dan Muslimat, termasuk shahabat-shahabat besar seperti ‘Utsman bin ‘Affan, Hamzah bin ‘Abdul Muthalib, ‘Umar bin Khaththab dan lain￾lainnya.

Kaum Muslimin yang mengikuti Rasulullah SAW., itu adalah Jama’ah pertama, Jamaah Muslimin yang di pimpin Rasulullah SAW., sendiri.

Masa kepemimpinan Rasulullah SAW., dalam kehidupan berjamaah bersama kaum Muslimin berkisar lebih kurang 23 tahun.***

Era Khilafah ‘Ala Minhajin Nubuwwah

Era kedua ialah era Khilafah ‘Ala Minhajin Nubuwwah – Khilafah yang berpola kepada Kenabian Nabi Muhammad SAW.,
Era ini, merujuk kepada masa kepemimpinan Al-Khulafaur-Rasyidin Al-Mahdiyin -- Abu Bakar Ash-Shidiq, ‘Umar bin Khaththab, ‘Usman bin ‘Affan dan ‘Ali bin Abi Thalib r.a.
Era Khilafah ‘Ala Minhajin Nubuwwah ini, dimulai sejak wafatnya Rasulullah SAW,. Keempat Khalifah itu adalah para Khalifah yang dibenarkan oleh Rasulullah SAW., sebagai Khalifah-Khalifah yang mendapat pimpinan atau petunjuk yang benar dari Allah SWT,. Bahkan Rasulullah SAW., sendiri berwasiat kepada Muslimin agar selain berpegang teguh pada Sunnah beliau, juga berpegang pada Sunnah Khulafaur Rasyidin Al-Mahdiyin, seraya bersabda:

“Aku berwasiat kepada kamu sekalian agar tetap bertaqwa kepada Allah, mendengar dan tha’at, sekalipun yang memimpinmu seorang budak Habsyi, karena orang yang hidup diantara kamu di kemudianku, akan melihat perselisihan yang banyak. Maka dari itu, hendaklah kamu berpegang teguh pada Sunnahku dan Sunnah Khulafaur Rasyidin Al-Mahdiyin (para Khalifah yang mendapat petunjuk yang benar). Hendaklah kamu pegang teguh akan dia, dan kamu gigitlah dengan geraham. Dan kamu jauhilah perkara-perkara baru yang diada￾adakan, karena sesungguhnya semua perkara yang diada-adakan itu bid’ah dan semua bid’ah itu sesat”. (HR. Ahmad dari Al-Irbadh bin Sariyah, Musnad Ahmad, Jilid 4:126-127, Sunan Abu Dawud, Jilid 4:200-201)

Sebagaimana pada masa kepemimpinan Rasulullah SAW., kaum Muslimin pada masa kepemimpinan Khulafaur Rasyidin Al-Mahdiyin (11-40 H/632-661 M), ini pun hidup kompak dalam kehidupan berjama’ah dibawah satu pimpinan. Mereka tampil sebagai sebaik-baik umat yang dibangkitkan untuk sekalian manusia, hidup berjama’ah dengan satu pimpinan (Imam), yang memimpin ke arah takwa kepada Allah SWT,. Pada masa kepemimpinan ‘Usman bin ‘Affan dan ‘Ali bin Abi Thalib, terjadi peristiwa yang dialami beliau berdua, yang menyebabkan keduanya menemui syahid. Peristiwa ini merupakan pelajaran berharga bagi kaum Muslimin, agar hal itu hendaknya tidak terulang lagi.

*Hingga kapan era Khilafah ‘Ala Minhajin Nubuwwah ini berlangsung?*

Said bin Jamhan, mengutip Sabda Rasulullah SAW., sbb :

“Dari Sa’id bin Jamhan, ia berkata: Telah menghabarkan kepadaku Safinah, ia berkata: Telah bersabda Rasulullah SAW,: Khilafah pada umatku tiga puluh tahun, kemudian kerajaan sesudah itu. Lalu berkata kepadaku Safinah: Peganglah kekhalifahan Abu Bakar, ‘Umar dan ‘Usman. Dan berkata kepadaku Safinah: Peganglah kekhalifahan ‘Ali.

Berkata Safinah: Maka kami dapatkan Khilafah itu tiga puluh tahun.

Berkata Sa’id: Maka saya berkata kepada Safinah: Sesungguhnya Bani ‘Umayyah mengaku Khalifah itu ada pada mereka. Safinah berkata:

Berdusta Bani Az-Zarqai, bahkan mereka itu raja dari sejelek-jelek raja”. (HR. At-Tirmidzi)

Safinah benar, karena masa ke-Khilafahan Al-Khulafaur-Rasyidin Al￾Mahdiyin, Khilafat ‘Ala Minhajin Nubuwwah, Abu Bakar Ash-Shiddiq, ‘Umar bin Khaththab, ‘Usman bin ‘Affan, dan ‘Ali bin Abi Thalib, berkisar 30 tahun (632-661 M).***

Era Mulkan ‘Adhan dan Mulkan Jabariyyah

Era ke tiga, setelah era Khilafah yang menempuh jalan Kenabian -- Khilafah ‘Ala Minhajin Nubuwwah, dengan kehendak Allah berakhir, ialah era Mulkan Adhan -- kerajaan-kerajaan yang mengigit, dan Mulkan Jabariyyatan -- kerajaan yang menyombong/takabur. Tarikh mencatat, setelah syahidnya Khalifah ‘Ali bin Abi Thalib, Mu’awiyah bin Abi Sufyan tampil memimpin Muslimin dan dialah yang merubah kepemimpinan Muslimin menjadi kerajaan. Dia menjadi raja pertama dari keturunan ‘Umayyah, datuknya.

Dalam sebuah Arsar dari ‘Abdurrahman bin Abi Bakrah disebutkan, Mu’awiyyah berkata pada Abi Bakrah: “Apakah kamu mengatakan kami raja? Maka kami sungguh ridha dengan Raja”. (Musnad Ahmad, Jilid V:50).

Mu’awiyyah memegang kendali kepemimpinan Muslimin dari 41-80 H (661-680 M). Kemudian diteruskan oleh putranya, Yazid, lalu diteruskan oleh keturunan Bani Umayyah lainnya sampai raja yang terakhir Marwan bin Muhammad bin Marwan (128-131 H/744-750 M), yang dilenyapkan oleh Abu ‘Abbas ‘Asafah.

Secara keseluruhan sistim kerajaan (Mulkan ‘Adhan maupun Mulkan Jabariyyatan), yang menggantikan sistim Khilafah ‘Ala Minhajin Nubuwwah, dapat disimpulkan dalam table berikut:

Jenis Kepemimpinan dan Jarak Masa Jumlah Khalifah/Raja Penguasa

Pemerintahan Dinasti Umayyah di Damaskus 661-750 M 14

Pemerintahan Dinasti Abbasiyyah di Baghdad 750-1258 M 37

Pemerintahan Dinasti ‘Abbasiyyah di Kairo 1261-1517 M 18

Pemerintahan Dinasti ‘Utsmaniyyah di Turki 1517-1924 M 36

Dunasti yang bersamaan dengan Khilafat ‘Abbasiyyah

Pemerintah Dinasti Umayyah

Di Spanyol 756-1031 M 16

Pemerintahan Dinasti Fatimiyyah

Di Mesir 909-1171 M 14

*Jumlah keseluruhan Khalifah / Raja / Penguasa : 135*

Pada kedua zaman ini, sekalipun Muslimin kelihatannya maju pesat dan Islam meluas ke seluruh Jazirah Arabia, Asia Selatan, Afrika dan sebagian Eropa, namun terdapat keretakan di bagian dalam.

Kepemimpinan secara Sunnah Rasulullah SAW., yang diikuti oleh Khulafaur-Rasyidin Al-Mahdiyyin, telah mulai terhapus pada zaman ini dan digantikan dengan kepemimpinan secara turun temurun (Dinasti/Kerajaan). *Kesatuannya bukan lagi berbentuk Jama’ah, tetapi Mulkan (Kerajaan).*

Memang, tidak semua raja pada era ini konditenya buruk. Dari antara mereka juga ada yang saleh-saleh, bahkan Umar bin ‘Abdul Azis r.h, salah seorang diantara raja-raja Bani Umayyah, disebut-sebut sebagai Khalifah Al-Rasyidah ke lima.

Secara zahir, Muslimin pun masih berada dibawah satu pimpinan, hingga Mulkan Adhan dan Mulkan Jabariyyatan dihapuskan oleh Allah SWT., dengan runtuhnya Dinasty ‘Utsmadiyyah di Turki pada tahun 1342 H/1924M, setelah lebih dahulu pada 1 Nopember 1922 M, Sultan Muhammad IV diturunkan dari tahtanya oleh Turki Muda Nasional pimpinan Mustafa Kemal Pasya. Masa kekuasaan Mulkan Adhan dan Mulkan Jabariyatan, berlangsung sekitar 1263 tahun (661 M – 1924 M).

Mengisi kevakuman selama masa ini, Khilafah yang mengikuti jejak Kenabian, diamanahkan Allah SWT., kepada para Mujadid, yang bangkit di setiap permulaan abad, sesuai dengan janji-Nya kepada Nabi Muhammad SAW.,: “Innallooha yab’atsu lihaadihil ummati ‘alaa ra’si kulli miatin sanatin mayujaadi laha diinaha” – Sesungguhnya Allah berjanji kepada umat ini bahwa pada setiap permulaan abad, Dia akan membangkitkan seorang Mujadid yang akan memperbaharui bagi mereka agama mereka (Abu Dawud).

Nawwab Siddiq Hasan Khan, ‘Ulama kenamaan asal Hindustan, dalam bukunya berjudul Al-Hujajul Kiromah, mengemukakan, Mujadid yang dijanjikan Allah itu telah datang pada masanya, sepanjang 13 abad terakhir, antara lain:


PERIODE MUJADDID

01 Abad I Khalifah ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz, r.h.

02 Abad II Imam Syafi’I, sebagian berkata: Ahmad ibni Hanbal, r.h.

03 Abad III Imam Abu Syarah atau Abu Hasan ‘As’ari, r.h.

04 Abad IV Imam Abu Ubaidullah dan Qadi Abubakar Baqlani, r.h.

05 Abad V Imam Al-Ghazali, r.h.

06 Abad VI Imam Abdul Qadir Al-Jailani, r.h.
07 Abad VII Imam Ibnu Taimiyah dan Chawaja Mu’inuddin Chisti, r.h.

08 Abad VIII Imam Hafiz Ibnu Hajar Asqalani dan Saleh Ibnu ‘Umar, r.h.

09 Abad IX Imam Jalaluddin Abdurrahman As-Suyuthi, r.h.

10 Abad X Imam Muhammad Tahir Gujrati, r.h.

11 Abad XI Imam Mujaddid Alfi Sarhadi, r.h.

12 Abad XII Imam Syekh Waliyullah Delhi, r.h.

13 Abad XIII Imam Sayyid Ahmad Barelwi, r.h.

14 Abad XIV Orang-orang ‘alim sepakat, Mujaddidnya, ialah: Imam Mahdi-Isa bin Maryam Yang Dijanjikan (Masih Mau’ud)

Mereka inilah Imam-Imam Zaman, ‘Ulama-‘Ulama al waratsatul Anbiyaa, yang oleh Nabi SAW., diilustrasikan sebagai: “Matsalu ashhaabii matsalun-nujuum, maniqtadaa bisyaiim-minha-Htada” -- Sahabat￾sahabatku bagaikan bintang-bintang yang bertaburan, siapa pun yang kamu ikuti, kamu akan mendapat petunjuk yang benar (Ad-Daarami), dimana Nabi SAW., menegaskan: “Man-lam ya’rif imaama zamaanihi faqad maata miitatan jaahiliyyatan” – Barangsiapa yang tidak kenal dengan Imam Zamannya, lalu dia mati, maka matinya adalah laksana mati Jahiliyah (Abu Dawud), dan : “Man maata bighairi imaamin maata miitatan jaahiliyyatan” – Barangsiapa mati tidak mempunyai Imam, maka matinya laksana mati jahiliyyah (Musnad Ahmad).***

Kembali Ke Era Khilafah ‘Ala Minhajin Nubuwwah

Era ke empat, setelah era Mulkan ‘Adhan dan Mulkan Jabariyatan berakhir sesuai dengan kehendak Allah, maka kepemimpinan Islam, menurut Rasulullah SAW., akan kembali ke era Khilafah ‘Ala Minhajin Nubuwwah: “Tsuma takuunu Khilafatan ‘ala minhajin Nubuwwah”, -- kelak, kemudian, akan berdiri lagi Khilafah yang berpola dan mengikuti jejak Kenabian Muhammad SAW,.

Pasca era Mulkan ‘Adhan dan Mulkan Jabariyatan berakhir, upaya untuk mendirikan kembali sistim Khilafah sudah seringkali dilakukan ulama-ulama dan pemimpin-pemimpin dunia Islam. Menurut mereka, Khilafah wajib adanya bagi Muslimin, dan era dimana sekarang ini berada adalah era berdirinya kembali Khilafah ‘Ala Minhajin Nubuwwah, sesuai dengan Sabda Nabi Muhammad SAW,.

Tahun 1919, di India dibentuk All India Khilafat Conference oleh tokoh-tokoh Muslim India, seperti Syaukat Ali dan saudaranya Muhammad Ali. Lembaga ini dibentuk untuk menjaga keutuhan lembaga Khilafat dan mengusir Kolonial Inggris yang menduduki negeri-negeri Muslim di Timur Tengah umunya, dan melakukan penindasan di India, khususnya. Harapan utama gerakan ini tertumpu pada kebijakan Mustafa Kemal Pasya. Namun, setelah mengadakan dua kali konferensi, di India pada 1919, dan di Karachi pada 1921, harapan gerakan ini hancur, setelah Mustafa Kemal Pasya, menghapus kekhilafahan Turki ‘Utsmani (Mulkan ‘Utsmaniyyah), untuk selama￾lamanya dari bumi Turki pada 3 Maret 1924.

Tahun 1926, di Mekah Saudi Arabia, berlangsung Kongres Islam Sedunia, atas prakarsa Raja Ibnu Sa’ud. Mewakili Muslim Indonesia, hadir H.O.S. Tjokro Aminoto dari Syarikat Islam, K.H. Mas Mansur dari Muhamadiyah, dan H.A. Karim Amarullah, ayahanda yang terhormat Buya Hamka. Tetapi, kongres ini tidak berhasil mewujudkan apa yang menjadi cita-cita. Saudi Arabia menolak usulan kongres untuk menghidupkan kembali lembaga Khilafah. Dalam pandangan Saudi Arabia, para utusan kongres terlalu mengaikan masalah Islam dan Muslimin dengan politik.

Tahun 1974, di Lahore, Pakistan, berlangsung Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Islam. Tiga puluh delapan negara hadir dalam KTT ini, pesertanya terdiri atas Kepala Negara, Perdana Menteri, Menteri Luar Negeri. Presiden Uganda, Idi Amin, mengusulkan agar Khilafah bagi Muslimin dibahas dalam KTT ini, bahkan dia mencalonkan Raja Faisal dari Saudi Arabia untuk menduduki jabatan Khilafah itu. Usul Presiden Idi Amin, didukung oleh Senegal. Prsiden Anwar Sadat dari Mesir, dan Pemimpin Libya, Mu’amar Gadafi, serta Presiden Abdel Rahman Al-Iryani dari Yaman Utara, bahkan mengusulkan agar Raja Faisal mau menerima gelar Pangeran Umat Beriman.

Tetapi, usul Idi Amin dan wakil dari Senegal itu tidak mendapat respons KTT. Masalahnya seperti angin lalu saja. Keputusan tidak ada, penolakan pun tidak ada. Upaya menegakan lembaga Khilafah pun, kembali menemui jalan buntu.

Tahun 1953, di Al-Quds, Yorusalem, Palestina, Syaikh Taqiyuddin An￾Nabhani, mendirikan Hizbu Tahrir – Partai Pembebasan. Hizbu Tahrir, yang kini berpusat Internasional di Yordania dan telah berkembang di 30 negara itu, mengklaim sebagai partai politik idiologis dengan tujuan menjadikan ideologi Islam sebagai lampu penerang dalam kegelapan sekularistik yang membelenggu dunia saat ini. Menegakan Khilafah Islamiyah merupakan inti perjuangan, dan tema sentral kampanye￾kampanyenya. Menurut Hizbu Tahrir, syariah tidak bisa tegak tanpa Khilafah. Syariah tidak bisa ditegakan melalui demokrasi, sebab demokrasi bukan sistem pemerintahan berdasarkan wahyu Allah SWT., melainkan hanya berasal dari akal pikir manusia. Demokrasi akidahnya sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan, sedangkan Islam akidahnya Dua Kalimah Syahadat. Demokrasi, kata mereka, mengandung sejumlah fakta yang mengantarkan kepada keharaman.

Maka, tidaklah mengherankan, jika ditengah masa krisis multi dimensi melanda dunia, termasuk melanda bangsa Inonesia saat ini, Hizbu Tahrir gigih dan gencar sekali menyampaikan seruan:

“Wahai kaum Muslimin, sadar dan bangkitlah! Hanya dengan Khilafah, syariat Islam yang dirindukan, dapat diterapkan ditengah kalian.

Hanya dengan Khilafah kalian dapat merajut kembali benang-benang kejayaan dan keemasan seperti sejarah umat terdahulu. Wahai kaum Muslimin, sadar dan bangkitlah! Ingatlah bahwa Allah mewajibkan kalian taat pada satu Ulil Amri, yang kalian bai’at sendiri sebagai Khalifah/Imam. Allah juga mewajibkan kalian mengemban dakwah dan jihad ke seantero dunia. Dan semua itu hanya dapat terwujud, dengan tegaknya Khilafah Islamiyah. Sunguh benar apa yang dikatakan Rasulullah dalam Sabdanya: “Dan akan kembali lagi sistem Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian.” (Lembar Dakwah, Jumat, 25 Maret 2005)

Dan, meneriakan yel-yel:

Tolak Kepemimpinan Sekuler. Tegakkan Khilafah. Terapkan Syari’ah.

Ganti Sistemnya. Jangan Cuma Orangnya. Satukan Pikiran dan Langkah. Angkat Kepala Negara Yang Mau Menegakan Syari’ah.

Khilafah is The Only Sulution. Islam, Yes! Sekularisme, Kapitalisme, No!

Di Indonesia, H. Harry Moekti, mantan rocker, yang akrab disapa Kang Harry, termasuk salah seorang pendukung dan penganjur gerakan menegakan kembali lembaga Khilafah Islamiyah yang di gagas dan di usung Hizbut Tahrir ini. Ia kerap kali turun ke berbagai daerah di tanah air – termasuk Makassar, untuk mengkampanyekan dan mensosialisasikan ide dan gagasan yang di usungnya.

Akan tetapi, sudah lebih setengah abad, Hizbut Tahrir berjuang, Khilafah Islamiyah yang dicita-citakan, tak juga kunjung menjadi kenyataan. Khilafah Islamiyah, hingga saat ini, masih menjadi tema yang dikampanyekan dan diwacanakan, belum menjadi kenyataan.***

Khilafah Jamaah Muslimin Wali Alfattah

Pada dekade tahun 50-an, di Indonesia ada kelompok Islam yang konsens dengan penegakan kembali Khilafah, bernama Jamaah Muslimin Hizbullah. Kelompok yang di pimpin Wali Alfattah ini, tak hanya konsens dengan penegakan kembali Khilafah, bahkan mengklaim telah menegakan kembali Khilafah, dengan membai’at Wali Alfattah sebagai Khilafah pada musyawarah Ahlul Halli Wal Aqdi ke dua, (6-8 Pebuari 1959), di Mesjid Taqwa, Petojo Sabangan, Jakarta.

Langkah kelompok ini lebih maju dibanding dengan kelompok Islam yang lain. Ia menjadikan Surah Ali Imran ayat 102-103, dan Hadits Nabi yang diriwayatkan Hudzaifah bin Al-Yaman, sebagai pijakan argumentasi ke-Khilafahannya. Tetapi, Khilafah Jamaah Muslimin Hizbullah Wali Alfattah ini, tampaknya hanya Khilafah biasa saja, seperti dalam jamaah-jamaah yang lain. Dilihat dari latarbelakang, fungsi dan esensi, tidak memiliki kriteria dan tidak memiliki syarat sebagai Khilafah ‘Ala Minhajin Nubuwwah seperti yang dinubuwatkan Nabi. Gerakan Khilafah Wali Alfattah ini juga tidak global, hanya di Indonesia saja, itu pun hanya terkonsentrasi di Jawa, khususnya Jawa bagian barat dan tengah.***

Faktor Penyebab Kegagalan Muslimin Mendirikan Khilafah

Kenapa usaha-usaha yang dilakukan berbagai kelompok Islam untuk mendirikan kembali Khilafah Islamiyah selalu menemui jalan buntu dan tak kunjung menjadi kenyataan? Bukankah Khilafah Islamiyah merupakan cita-cita dan harapan umat Islam? Dan, bukankah di dibawah panji Khilafah Islamiyah itulah terletak kejayaan Islam dan umat Islam? Inilah pertanyaan-pertanyaan penting yang harus dicarikan jawabannya, dan sangat baik juga dijadikan bahan renungan umat Islam, aktivis pejuang berdirinya kembali ke-Khilafahan, setelah hampir satu abad (1924-2016=92 tahun), berjuang.

Ada dua faktor yang menyebabkan Muslimin, selalu gagal dalam perjuangannya menegakan kembali lembaga Khilafah:

Pertama, terjadinya pemahaman dan penafsiran yang berbeda atas kedudukan Khilafah Rasulullah SAW., dan atas nash Al-Quran Surah An-Nisa ayat 59. Sebagian ada yang memahami Khilafah atau Ulil Amri itu, kedudukan politik, dan sebagian lagi memahami Khalifah atau Ulil Amri itu kedudukan Dien. Disini terjadi tarik menarik. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan bila rencana mewujudkan Khilafah selalu menemui kegagalan, meskipun konferensi berulang-ulang dilakukan.

Khilafah dalam Muslimin pun terkatung-katung dan, tanpa terasa, sudah 82 tahun menggantung. Padahal, Khilafah/Imamah wajib adanya bagi Muslimin, dan wajib terus ada selama Muslimin dan Mu’minin masih ada, selama-lamanya hingga Hari Qiyamat kelak.

Jalan keluar dari kesulitan ini, sesungguhnya mudah, sederhana sekali. Jika Khilafah Rasullah SAW., dan nash Al-Quran Surah An-Nisa[4] : 59, dipahami secara Dien, yang berarti kedudukan Khilafah atau Ulil Amri itu, coraknya agamis, bukan politis, maka Rasulullah SAW., dan Khulafaur-Rasyiddin-lah contohnya. Tetapi, jika kedudukan Khilafah atau Ulil Amri itu coraknya politis, bukan agamis, maka Mulkan-Mulkan(Raja-Raja) itulah contohnya, seperti Dinasti ‘Umayyah, ‘Abbasiyyah dan ‘Utsmaniyah.

Para aktivis pejuang penegakan kembali Khilafah tinggal memilih, model ke-Khilafahan mana yang mau dipakai. Model ke-Khilafahan Rasulullah SAW., dan Khulafaur-Rasyiddin Al-Mahidyyin – Abu Bakar, ‘Umar, ‘Usman, dan ‘Ali, r.a., ataukah model Mulkan-Mulkan – ‘Umayyah, ‘Abbasiyah dan ‘Utsmaniyah.

Kalau model ke-Khilafahan Rasulullah SAW., dan Khulafaur-Rasyiddin Al-Mahdiyyin yang dipilih, berarti tidak harus punya wilayah kekuasaan (toritorial), karena agama menyangkut hati nurani manusia, dan Islam adalah agama yang sesuai dengan fitrat manusia manapun (Ar-Rum[30] : 30), berlaku untuk seluruh alam (Al-Anbiya[21] : 107) dan seluruh umat manusia (Saba’[34] :
28). Untuk mewujudkan harapan, cita-cita, dan perjuangfan menegakan Khilafah model ini metodenya adalah da’wah sesuai dengan petunjuk Al-Quran (Ali Imran, 3:104; An-Nahl, 16:125, Fushshilat, 41:33-34), dan contoh Rasulullah SAW, (At￾Taubah, 9:128-129; Ali Imran, 3:159; Asy-Syu’araa, 26:214-217; Al-‘An’am, 6:50-52, dll).

Kalau model Mulkan-Mulkan – ‘Umayyah, ‘Abbasiyyah dan ‘Utsmaniyah, yang dipilih, berarti harus punya wilayah kekuasaan, punya toritorial, punya negara. Karena, tidak mungkin ada Penguasa (Raja, Khalifah, Emir, atau apa pun namanya), tanpa wilayah kekuasan.

Memilih model kedua, ada kendala cukup berat, karena Muslimin dimana pun saat ini, harus mencari pulau lain di planet bumi ini untuk mendirikan negara baru sebagai wilayah kekuasaan Mulkan, atau mengambil kekuasan – dengan suka rela atau terpaksa, dari tangan salah satu penguasa di suatu negara dimana saja di planet bumi ini, lalu berkuasa dan menjalankan roda kekuasan dengan corak Mulkan, seperti yang pernah dilakukan ‘Umayyah, ‘Abbasiyah, dan ‘Utsmaniyah. Insya Allah, jika konsep ini digunakan, para aktivis pejuang penegakan kembali lembaga ke-Khilafahan yang bercorak Mulkan, akan menjadi kenyataan. Tetapi, jika model kedua ini yang dipilih dan berhasil, Islam sebagai rahmatan-lil’alamiin, pengaruhnya terbatas diwilayah Mulkan itu saja, tidak global – lil ‘alam dan lin￾naasi. Bisa mengglobal, jika Mulkan itu menjadi Imperium dunia. Dan itu, adalah sangat mustahil.

Kedua, Para aktivis pejuang penegakan kembali lembaga Khilafah, agaknya telalu melihat lembaga Khilafah itu – Al-Rasyidah atapun Al￾Mulkan, sebagai lembaga yang bercorak politis, ketimbang bercorak agamis. Kentalnya visi mereka bahwa lembaga Khilafah adalah lembaga bercorak politis, menyebabkan mereka lupa, dan melampaui kewenangan Allah, bahkan mengambil hak prerogatif Allah.

Dari uraian diatas kita mengetahui, setelah era Mulkan ‘Adhan dan Mulkan Jabariyyatan berakhir, akan berdiri Khilafah yang berpola dan mengikuti jejak kenabian Muhammad SAW,. – Khilafah ‘Ala Minhajin Nubuwwah, sebagaimana pernah terjadi dan berlangsung dimasa ke-Khalifahan Abu Bakar, ‘Umar, ‘Usman, dan ‘Ali, r.a., selama 30 tahun sejak wafatnya Rasulullah SAW,. Ini berarti, Khilafah pasca Mulkan￾Mulkan itu, coraknya agamis, bukan bercorak politis.

Khilafah ‘Ala Minhajin Nubuwwah, Al-Khulafaur-Rasyidin Al-Mahdiyyin – Abu Bakar Ashshiddiq, ‘Umar bin Khaththab, ‘Usman bin ‘Affan, dan ‘Ali bin Abi Thalib, r.a., secara lahir dipilih oleh manusia – orang-orang beriman, tetapi pada hakikatnya mereka dipilih oleh Allah, karena dibelakang mereka bekerja Tangan Allah. Hal demikian sesuai dengan janji Allah SWT., Sendiri (An-Nur, 24:55), dan cara kerjanya, sama dengan ketika Nabi SAW., melempar musuh di medan pertempuran Badar (Al-Anfal, 8:17). Ini artinya, mengangkat Khilafah yang bercorak agamis – ‘Ala Minhajin Nubuwwah, adalah kewenangan Allah, dan hak prerogatif Allah.

Khilafah ‘Ala Minhajin Nubuwwah I, Al-Khulafaur-Rasyidin Al￾Mahdiyyin, berdiri setelah sebelumnya diawali dengan kebangkitan seorang Reformer Agung, Rasulullah Muhammad SAW,. Setelah Sang Reformer wafat, orang-orang beriman berkumpul, lalu mengadakan pemilihinan Pemimpin Pengganti -- Khilafah, dimana dibelakangnya bekerja Tangan Allah, dan saat itu, Mu’minin sepakat memilih dan membai’at Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a., sebagai Khilafah Manhaj an￾Nubuuwah I. Cara yang sama dilakukan saat memilih ‘Umar bin Khaththab r.a., sebagai Khilafah Manhaj an-Nubuwwah II, ‘Usman bin ‘Affan r.a., sebagai Khilafah Manhaj an-Nubuuwah III, dan ‘Ali bin Abi Thalib r.a., sebagai Khilafah Manhaj an-Nubuuwah IV. Sebelum wafat, Khalifah Abu Bakar r.a., memang sempat menulis wasiat untuk memilih ‘Umar bin Khaththab r.a., sebagai Khalifah. Saat Khalifah ‘Umar r.a., masih hidup, Khalifah ‘Umar r.a., membentuk sebuah majlis untuk memilih Khalifah bilamana beliau meninggal, terdiri dari 6 orang sahabat senior, yaitu: ‘Usman bin ‘Affan, ‘Ali bin Abi Thalib, Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqash, Zubair bin Awwam, dan Thalhah bin Ubaidillah. Tetapi, dalam pelaksaan pemilihan Khilafah, esensinya sama: Syuura.

*Kebangkitan Khilafah ‘Ala Minhajin Nubuwwah II, pasti tidak akan lepas dari metode dan mekanisme tersebut. Diawali dengan kebangkitan seorangang Reformer, lalu setelah Sang Reformer itu wafat, Mu’minin berkumpul mengadakan pemilihan Pemimpin Pengganti -- Khalifah, yang dibelakang mereka bekerja Tangan Allah.*

Hal demikian, selain selaras dengan petunjuk Al-Quran (Ali Imran, 3:159; Asy-Syuura, 42:38), juga sangat logis. Sebab, bagaimana bisa ada Pemimpin Pengganti -- Khilafah, jika tidak ada yang diganti.***


Khilafah ‘Ala Minhajin Nubuwwah Itu Telah Berdiri

Sesungguhnya, hari ini, 27 Mei, 108 tahun yang lalu, atau 16 tahun sebelum Khilafah Mulkan ‘Utsmaiyah berakhir, tepatnya tanggal 27 Mei 1908, Khilafah ‘Ala Minhajin Nubuwwah II itu, telah berdiri. Khilafah ‘Ala Minhajin Nubuwwah II, berdiri, setelah sebelumnya diawali dengan kebangkitan seorang Reformer, Mirza Ghulam Ahmad, yang atas dasar wahyu yang diterimanya, ia mengaku diutus Allah sebagai Mujadid A’dham abad XIV H., Imam Mahdi-Masih Mau’id a.s., dengan missi melanjutkan risalah Rasulullah Muhammad SAW,: Yuhyiddiina wa yuqimus- syari’ah -- menghidupkan agama dan menegakan syariat Islam, dan Liyud hirahu ‘alad-diini kullihi -- memenangkan agama Islam diatas semua agama. Untuk menyempurmnakan missinya, pada 23 Maret 1889, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad a.s., mendirikan jamaah/organisasi bernama: Jama’ah Ahmadiyah. Ahmadiyah hanyalah wadah perjuangan, didirikan hanya untuk membedakan wadah perjuangan ini dengan wadah-wadah perjuangan yang lain.

Nama Ahmadiyah diambil dari nama Rasulullah SAW., yang ke dua, Ahmad. Mengisyaratkan, warna perjuangan Jama’ah Ahmadiyah dalam upaya: Yuhyiddiina wa yuqimus- syari’ah -- menghidupkan agama dan menegakan syariat Islam, dan Liyud hirahu ‘alad-diini kullihi -- memenangkan agama (Islam), diatas semua agama, hanya dengan sifat Jamali – keindahan dan keluhuran akhlak Islam dan akhlaq Rasulullah Muhammad SAW., bukan dengan sabetan pedang.

Tiga tahun sebelum kewafatannya, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad, Mujadid A’dham abad XIV H., Imam Mahdi-Masih Mau’id a.s., mengabarkan kepada orang-orang yang mengimaninya, bahwa sepeninggal beliau akan tampil Kudrat kedua. Yang dimaksud Kudrat kedua oleh beliau ialah Khalifah-Khalifah, seperti Abu Bakar, ‘Umar, ‘Usman, dan ‘Ali, r.a., sepeninggal Rasulullah SAW,. “Aku lahir sebagai suatu Kudrat dari Tuhan. Aku adalah Kudrat Tuhan yang berjasad. Kemudian, sesudah aku, akan ada lagi beberapa wujud yang jadi mazhar – cerminan atau tempat zahir – Kudrat kedua….Hendaknya, tiap jemaat para salihin di tidap negeri senantiasa berhimpun dan terus menerus berdoa, supaya Kudrat ke dua turun dari langit….Hendaknya, aorang-orang tua jemaat yang berjiwa suci, sepeninggalku menerima bai’at atas namaku dari orang-orang….”, pesan Pendiri Ahmadiyah kepada orang-orang yang mengimannya, seperti ditulis beliau dalam bukunya berjudul: Al-Wasiat.

Tanggal 26 Mei 1908, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad a.s., wafat.

Tanggal 27 Mei 1908, sesuai dengan pesan Imamuz-Zaman, dan sesuai dengan petunjuk Al-Quran (Ali Imran, 3:159; Asy-Syuura, 42:38), juga Sunnah para Sahabat Rasulullah SAW., orang-orang yang mengimani Mirza Ghulam Ahmad, sebagai Mujadid A’dham abad XIV H., Imam Mahdi-Masih Mau’id a.s., berhimpun dan berdoa, kemudian melakukan Syuura, memilih Imam Pengganti – Khilafah. Syuura, sesuai dengan Sunnah para sahabat Rasulullah SAW., dilakukan secepatnya, karena jasad Imam terdahulu, tidak dapat dikebumikan sebelum Imam pengganti terpilih. Syuura, secara aklamasi, memilih Hadhrat al-Haj Maulana Hakim Nuruddin, sebagai Khalifatul Masih I.

Cara yang sama, dilakukan saat memilih Hadhrat al-Haj Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad sebagai Khalifatul Masih II, (1914), Hadhrat al-Hafiz Mirza Nasir Ahmad sebagai Khalifatul Masih III (1965), Hadhrat Mirza Thahir Ahmad sebagai Khalifatul Masih IV (1982), dan Hadhrat Mirza Masroor Ahmad sebagai Khalifatul Masih V (2003), hingga sekarang. Dengan demikian, silsilah Khilafah ini, sudah berada di era silsilah Khilafah yang ke-5, dan 98 tahun sudah (27 Mei 1908-27 Mei 2006), silsilah Khilafah ini berdiri.

*Proses berdirinya Khilafah ‘Ala Minhajin Nubuwwah II, memiliki kesamaan dengan proses berdirinya Khilafah ‘Ala Minhajin Nubuwwah I,* :

1). Sama-sama diawali dengan kebangkitan seorang Reformer Muhammad – Rasulullah SAW., dan Ahmad – Imam Mahdi-Masih Mau’ud a.s,.

2). Sama-sama dipilih dari dan oleh orang-orang beriman, dengan cara yang diajarkan Al-Quran dan dicontohkan Rasulullah SAW., : Syuura (Ali Imran, 3:159; Asy-Syuura, 42:38).

3). Sama-sama memikul tugas risalah Nabi : memenangkan agama (Islam), diatas semua agama (Ash-Shaf, 61:9)
.
4). Sama-sama bercorak agamis, bukan bercorak politis. Wilayah kekuasannya universal-global, tidak mengenal toritorial batas negara, meliputi seluruh alam dan seluruh hati umat manusia.

Silsilah Khilafah ini, dalam sapaan keseharian biasa disebut: Khilafah Al-Masih atau Khilafah Al-Ahmadiyah. Disebut Khilafah Al-Masih atau Khalifatul Masih, karena ia merupakan pengganti atau pelanjut dari Mujadid A’dham abad XIV yang menyandang gelar Al-Masihil Mau’ud.

Disebut Khilafah Al-Ahmadiyah atau Khalifah Ahmadiyah, kerena ia berada dalam silsilah Jamaah Ahmadiyah, dengan segala ciri dan karakternya. Tetapi, esensi fungsi dan missi dari Khilafah ini ialah melaksanakan tugas Risalah An-Nubuwwah Muhammad SAW., yakni: Liyud hirahu ‘alad-diini kullihi – memenangkan agama (Islam) diatas semua agama (Ash-Shaf, 61:9). Oleh karena itu, istilah Khilafah ‘Ala Minhajin Nubuwwah, menjadi namanya juga, dan menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan dari silsilah Khilafah ini.***


Tugas Khilafah ‘Ala Minhajin Nubuwwah Yang Telah dan Sedang Dilaksanakan

Berdirinya Khilafah ‘Ala Minhajin Nubuwwah II, telah menjawab harapan dan cita-cita umat Islam kini maupun dimasa depan. Oleh karena itu, sesuai dengan fungsi dan missinya, Khilafah ‘Ala Minhajin Nubuwwah II ini pun sedang giat melaksanakan tugas Risalah An￾Nubuwwah : Liyud hirahu ‘alad-diini kullihi – memenangkan agama (Islam) diatas semua agama (Ash-Shaf, 61:9), setidaknya, dalam empat hal berikut:

1. Memperbaiki aqidah, ibadah dan akhlaq. Islam dengan tegas mengajarkan, Allah itu Al-Hayy – Mahahidup (Al-Baqarah, 2:255).

Tetapi, dalam umat Islam berkembang kepercayaan bahwa Allah sudah tidak berwawancakap lagi, sudah tidak menurunkan wahyu lagi sepeningal Rasulullah SAW,. Maka, tidak heran, jika Khilafah ‘Ala Minhajin Nubuwwah Al-Ahmadiyah, memperbaiki dan mengoreksi kepercayaan tersebut. Allah, Tuhan kita, adalah Allah Yang Mahahidup. Dahulu hidup, sekarang hidup, dan akan tetap hidup.

Dahulu bicara, sekarang bicara, dan akan tetap bicara, sesuai dengan sifat Al-Mutakalimun-Nya. Dahulu ber-mukallamah mukhatabah dengan hamba-hamba pilihan-Nya, sekarang ber-mukallamah mukhatabah dan akan tetap terus ber-mukallamah mukhatabah.

Dahulu menyampaikan wahyu, sekarang menyampaikan wahyu, dan akan tetap terus menyampaikan wahyu. “Memang benar, karena segala kebutuhan telah terpenuhi, maka syariat serta hukum-hukum peraturan telah berakhir. Dan, dengan sampainya segala kerasulan serta kenabian ke tapal-batas terakhir, yang terwujud dalam pribadi

Junjungan kita Muhammad SAW., maka kerasulan serta kenabian itu sampailah sudah ke martabat yang sempurna. Tetapi, sungguh tidak benar, anggapan, dimasa lampau Tuhan suka bercakap-cakap, akan tetapi diwaktu sekarang ini Dia tidak lagi bercakap-cakap. Kami tidak membatasi tugas dan bercakap-cakap Tuhan sampai pada zaman tertentu. Tidak syak lagi, sekarangpun Dia siap melimpahkan karunia dari sumber mata air Ilham kepada para pencahari (Kebenaran) seperti halnya dahulu-dahulu. Sekarang pintu karunia-Nya terbuka seperti halnya dahulu-dahulu. Ketahuilah, segala pintu dapat tertutup, tetapi pintu untuk datangnya Rohulkudus itu tidak pernah tertutup”, kata Sang Imamuz-Zaman, seperti dituturkan dalam bukunya: Filsafat Ajaran Islam dan Bahtera Nuh. Tidak heran, jika setiap orang yang bernaung dibawah silsilah Khilafah Al-Ahmadiyah ini, diikat dengan ikatan bai’at : Tidak akan mempersekutukan Allah hingga masuk ke liang kubur, tidak akan bohong, zinah, pandangan birahi terhadap bukan muhrim, fasik, kejahatan, aniaya, khianat, mengadakan huru hara, memberontak, serta tidak akan dikalahkan oleh hawa nafsunya walaupun bagaimana juga dorongan terhadapnya. Senantiasa akan mendirikan shalat lima waktu, ditambah shalat Tahajud, menyampaikan pujian kepada Allah SWT, dan Shalawat kepada Rasulullah SAW,. Tidak akan mendatangkan kesusahan apa pun terhadap makhluk Allah umumnya dan kaum Muslimin khususnya.

Akan tetap setia kepada Allah dalam segala keadaan: susah, senang, suka, duka, nikmat ataupun musibah. Akan berhenti dari adat yang buruk dan dari menuruti hawa nafsu, dan benar-benar akan menjunjung ringgi perintah Al-Quran Suci. Akan meninggalkan takabur dan sombong. Akan menghargai agama, kehormatan agama dan mencintai Islam lebih daripada jiwanya, anak-anaknya, dan dari segala yang dicintainya. Akan menaruh belas kasih kepada makhluk Allah umumnya, dan sejauh mungkin akan mendatangkan faedah kepada umat manusia dengan kekuatan dan nikmat yang dianugrahkan Allah kepadanya, dll, dll., yang semuanya ini dilakukan dalam upaya mengadakan perbaikan aqidah, ibadah, dan akhlaq umat.

2. Membangun Jamaah Muslimin dalam level global – lil’aalamin. Islam menghendaki, agar Mu’minin dan Muslimin bersatu (Ali Imran, 3:103), dalam satu Jamaah Muslimin dan Imam mereka (Bukhari-Muslim), dan mengancam mati jahiliyyah jika mereka keluar dari Jamaah, walau hanya sejengkal (Musnad Ahmad). Menyadari, kondisi Musliminin saat ini, ibarat puing-puing yang berserakan, maka sesuai dengan rekomendasi Al-Quran dan Hadits tersebut, Khilafah Al-Ahmadiyah, telah, sedang, dan akan terus fokus dalam penyatuan Mu’minin dan Muslimin. Gerakan penyatuan dilakukan bersifat global dan sesuai dengan metode Rasulullah SAW, : Bai’at. Sayap penyatuan kini telah mengembang di 180 negara di dunia, dengan populasi jumlah pengikut lebih 200 juta jiwa. Upaya ini, akan terus focus dilakukan, sehingga di dunia ini kelak, tercipta kembali satu Islam, satu Jamaah dan satu Imamah, meskipun Mu’minin dan Muslimin dipisahkan oleh suku, bangsa, bahasa dan warna kulit, dan tercipta kembali ruhamaa￾u bainahum – perdamaian dunia yang universal dan global.

3. Menghidupkan sistim ekomi Islam. Islam memiliki sistim ekonomi yang sesungguhnya lebih hebat dibanding dengan sistim ekonomi Komunisme maupun Kapitalisme. Ekonomi Islam didasarkan pada Zakat (At-Taubah, 9:102, 60), Infaq (Al-Baqarah, 2:119,267) Sedekah (Al-Baqarah, 2:267-273) dan Al-Wasyiyat (Al-Baqarah, 2:180-181).

Tetapi, hampir pasti, tidak ada negara Islam, atau negara yang berpenduduk mayoritas Islam yang menggunakan sistim ekonomi Islam ini di dalam negaranya. Mereka, tampaknya lupa, sehingga mereka lebih suka menggunakan sistim ekonomi Kapitalisme, daripada sistim agamanya sendiri. Silsilah Khilafah ‘Ala Minhajin Nubuwwah Al-Ahmadiyah, sejak berdirinya telah menghidupkan kembali sistim ekonomi Islam itu, mulai dari Zakat hingga Al-Wasiat. Dengan sistim ekonomi Islam yang dibangunnya tugas Risalah An-Nubuwwah: dakwah keseluruh penjuru dunia, dengan target : Liyudhhirahu ‘alad￾diini kullihi, dapat dilaksanakan, dan bahkan mereka kini sedang bersiap-siap menggantikan sistim ekonomi Kapitalisme yang telah menyengsarakan mayoritas penduduk dunia itu.

4. Membangkitkan penguasaan ilmu pengetahuan dan sains. Islam adalah sumber ilmu dunia. Bahwa, Islam sebagai sumber ilmu dunia, telah terbukti, dengan penguasaan ilmu pengetahuan dimasa kejayaan Islam masa permulaan. Tetapi, pada kenyataannya kini, umat Islam tak hanya papa, tapi juga tuna ilmu pengetahuan. Negara-negara Islam dan negara-negara berpenduduk mayoritas Islam pun terbelakang. Menyadari kekurangan ini, Khilafah ‘Ala Minhajin Nubuwwah Al-Ahmadiyah mendorong dan memberikan sepirit kepada jamaahnya untuk menggali dan mendalami ilmu, bukan hanya ilmu akhirat, tapi juga ilmu pengetahuan dunia. Maka, tidak heran, jika dalam waktu kurang dari seabad, Khilafah ‘Ala Minhajin Nubuwwah Al￾Ahmadiyah, telah melahirkan ilmuwan kenamaan sekaliber Prof. Dr. Abdus-Salam, ilmuwan Muslim pertama di dunia yang mendapat penghargaan Nobel bidang Fisika. Sir Muhammad Zafrullah Khan, Pakar Hukum Internasional dan pernah menjadi Ketua Mahkamah Internasional, berkedudukan di Belanda.

Empat hal diatas hanyalah sekedar gambaran makro, bahwa Khilafah ‘Ala Minhajin Nubuwwah Al-Ahmadiyah, telah dan sedang bekerja menjalankan tugas Risalah An-Nubuwwah Nabi Muhammad SAW,.

Banyak hal lainnya yang juga menjadi target, seperti: memindahkan patokan waktu dunia GMT dari kota London ke kota Mekkah (sebagai Umul Qura), mengganti sistim penanggalan Masehi yang susunan bulannya salah, dengan sistim penanggalan Islam, menjadikan hari Jum’at sebagai hari libur, dll, sehingga kelak, Islam dapat mempengaruhi semua sistim kehidupan, mewujudkan tatanan dunia baru, menciptakan langit baru dan bumi baru. Ibarat penyulam, Khilafah ‘Ala Minhajin Nubuwwah Al-Ahmadiyah, sekarang, ia sedang bekerja merajut benang-benang kejayaan Islam diatas puing-puing reruntuhan (perpecahan umat Islam).***

Khalifatul Masih V

Kewajiban Kaum Muslim

Islam menghendaki, agar Mu’minin dan Muslimin taat kepada Allah, taat kepada Rasul, dan taat kepada Ulil Amri (An-Nisa, 4:59). Islam menghendaki, agar Mu’minin dan Muslimin tidak berkhianat kepada Allah dan Rasul-Nya, dan tidak berkhianat kepada Amanah-Amanah yang ada pada amereka (Al-Anfal, 8:27).

Mu’minin dan Muslimin adalah amin – pengemban amanat, dan bukan malik – pemilik/penguasa, karena tiada malik kecuali Tuhan.

Bagi Mu’minin dan Muslimin yang telah mengimani dan mengikuti Khilafah ‘Ala Minhajin Nubuwwah, adalah kewajiban mereka meningkatkan terus keimanan dan keitaatannya kepada Khilafah ‘Ala Minhajin Nubuwwah, supaya dia tidak termasuk orang yang mengkhianati amanah-amanahnya. Sebab, ciri Mu’minin, Muslimin dan Muttaqin sejati, ialah mereka yang menjaga amanah-amanah yang dipikulkan kepada mereka (Al-Mu’minun, 23:8-11).

Bagi Mu’minin dan Muslimin yang belum mengimani dan mengikuti Khilafah ‘Ala Minhajin Nubuwwah, sangat baik jika ia segera menyatakan keimanan dan keitaatannya, dengan cara ber-bai’at kepada Khilafah ‘Ala Minhajin Nubuwwah. Sebab, jika tidak, ia tidak saja termasuk orang-orang yang mengkhianati amanah, tapi juga termasuk orang-orang, yang kata Allah dalam Al-Quran, sebagai: fasik – pemberontak : -- Dan barangsiapa yang ingkar sesudah itu (sesudah Khilafah itu ditegakan), maka mereka itulah orang-orang fasik (An-Nur, 24:55).

Sebuah posisi dan kedudukan rohani, yang tentu saja, tidak dikehendaki, oleh siapa pun. Wa akhirud-da’wana, ‘anil-hamdu lillaahi Rabbil ‘aalamiin !***



Sumber Bacaan: 

1. Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, Khadim al Haramain asy Syarifain

2. Jemaat Ahmadiyah Indonesia, Al-Quran, Terjemah dan Tafsir Singkat.

3. Syeikh Yusuf Al-Qaradawi, Prof. Dr., Khilafah Islamiyah Suatu Realita Bukan Khayalan, Fikahati Aneska, Jakarta 2000

4. Saleh A. Nahdi, Khilafat Sarana Pemersatu Umat, Yayasan Wisma Damai 1992

5. Wali Al-Fattah, Khilafah ‘Ala Minhajin Nubuwwah, Al-Jama’ah 1990

6. Rahmat Ali H.A.O.T, Kebenaran Al-Masih Akhir Zaman, Jemaat Ahmadiyah Qadian Jakarta dan Bogor 1947

7. H. Mahmud Ahmad Chima, H.A., Khabar Suka Nabi Isa/Imam Mahdi a.s., Telah datang, Jemaat Ahmadiyah Indonesia 1997

8. Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad, Filsafat Ajaran Islam, Jemaat Ahmadiyah Indonesia 1984

9. Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad, Al-Wasiat, Jemaat Ahmadiyah Indonesia 2004

10. Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad, Bahtera Nuh, Yayasan Wisma Damai 1993

11. Dr. Muhammad Faiz Almath, 1100 Hadits Terpilih, Sinar Ajaran Muhammad, Gema Insani Press, Jakarta 1992

12. Majalah Suara Ansharullah No. 3 Shafar 1427 H/Aman1385 HS/Maret 2006 M

13. Majalah Gema, Edisi IV/April 2004-Syahadat 1384 HS

14. M. Lius Ma’ala, Diktat, Nizam Khilafat, Agustus 1993

----------------------------------------------------------------------

* Disajikan dalam Tasyakur 98 Tahun Berdirinya Khilafah ‘Ala Minhajin-Nubuwwah, yang diselenggarakan Jamaah Ahmadiyah Kota Makassar di Rumah Makan Wong Solo, Sabtu, 27 Mei 2006. Penulis adalah Mubaligh Jamaah Ahmadiyah Sulawesi Selatan, tinggal di Jl. Anuang No. 112, Makassar, Tlp. 0411-858635, HP. 08 15 25 47 47 

* Posted by 08886137703 [WA]